
RASIO dana murah (current account saving account/CASA) PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) tumbuh double digit sepanjang paruh pertama 2025. Hingga akhir Juni 2025, CASA BRI tercatat naik 10,6% secara tahunan (yoy). Jumlah ini mencapai porsi 65,5% dari total dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp1.482,12 triliun.
Direktur Utama (Dirut) BRI Hery Gunardi menegaskan, dengan CASA yang semakin dominan, biaya dana atau Cost of Fund (CoF) BRI dapat ditekan, sehingga mendukung profitabilitas jangka panjang yang lebih baik.
"Porsi CASA BRI tumbuh double digit sebesar 10,6% (yoy)," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (3/9).
Komposisi ini, ungkap Hery, menunjukkan strategi BRI yang konsisten dalam mendorong penghimpunan dana murah melalui optimalisasi alat transaksi atau transaction banking.
Hery juga menyebut, akselerasi pertumbuhan dana murah yang positif turut ditopang oleh optimalisasi kanal digital yang menorehkan kinerja impresif. Per triwulan II 2025, BRImo sebagai super app andalan bank pelat merah itu mencatatkan pertumbuhan positif, baik dari sisi jumlah pengguna maupun volume transaksi.
Jumlah pengguna BRImo meningkat 21,2% (yoy) menjadi 42,7 juta pengguna, sementara volume transaksinya naik 25,5% (yoy) menjadi Rp3.231,7 triliun. Kemudian, dari sisi merchant, transaksi bisnis melalui BRI meningkat pesat dengan volume penjualan merchant naik 27,2% (yoy) menjadi Rp105,5 triliun. Jumlah transaksi juga melonjak 50,2% menjadi 308 juta transaksi.
Tak hanya itu, kinerja QRIS BRI juga menunjukkan pertumbuhan signifikan. Volume transaksi meningkat 142,9% (yoy) menjadi Rp37,2 triliun hingga semester I 2025, dengan jumlah transaksi yang naik 162,5% menjadi 313,7 miliar transaksi.
"Capaian ini menegaskan transformasi digital BRI tidak hanya memperkuat basis dana murah, tetapi juga memperluas ekosistem pembayaran digital yang inklusif," jelas Dirut BRI.
Di sisi lain, upaya BRI dalam menekan biaya dana juga mendapat dukungan dari kondisi makro. Sejak Januari 2025, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 100 basis points (bps) menjadi 5% pada Agustus 2025. Langkah ini diikuti penurunan suku bunga antarbank menjadi 4,68% per 20 Agustus 2025.
"Penurunan suku bunga juga turut menekan biaya dana perbankan, mendukung efisiensi, dan membuka ruang untuk ekspansi kredit," pungkas Hery. (Ins/E-1)