REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Tunisia di Tunis, turut serta dalam aksi solidaritas global mendukung Palestina di negara itu.
Sebanyak 44 negara, termasuk Indonesia, telah menyatakan partisipasinya dalam misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla untuk menyalurkan bantuan ke wilayah Gaza, Palestina.
Melalui keterangan PPI Tunisia yang diterima di Jakarta, Selasa, disebutkan bahwa aksi tersebut akan berlangsung selama empat hari, dari 1 hingga 4 Agustus 2025, serta merupakan bagian dari rangkaian aksi kemanusiaan internasional yang akan berlanjut di berbagai negara di seluruh dunia.
Delegasi PPI Tunisia turut bergabung dan mendampingi lembaga asal Indonesia, yaitu INH (International Networking for Humanitarian) dan AWG (Aqsa Working Group) dalam aksi di Tunisia.
Aksi solidaritas tersebut dinilai sebagai sebuah fenomena kemanusiaan yang mempertemukan banyak orang dari berbagai bangsa, budaya, bahkan agama untuk menyuarakan satu kalimat "Free Palestine."
Langkah itu menjadi wujud nyata kepedulian terhadap rakyat Palestina yang terus berjuang di tengah krisis yang tak berkesudahan. Selama empat hari, tim INH dan AWG bersama ratusan aktivis mengadakan kegiatan diskusi dan edukasi tentang kondisi di Palestina.
Tunisia bahkan menjadi titik temu aksi solidaritas yang mewujudkn nilai-nilai kemanusiaan dan keberagaman, bersatu demi perjuangan rakyat Palestina. Dalam kegiatan itu, diskusi internasional juga digelar di Gedung General Union of Tunisian Wolkers.
Misi solidaritas itu disebutkan bukan hanya soal agama. Namun, isu Palestina telah lama menjadi masalah mengenai keadilan dan hak asasi manusia global.
Misi Global Sumud Flotilla terinspirasi dari peristiwa bersejarah pada 31 Mei 2010, ketika kapal Mavi Marmara berlayar dari Turki membawa bantuan langsung ke Gaza. Misi tersebut menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan dan ketidakadilan.
Lebih lanjut, keterangan PPI menyebutkan salah satu agenda utama diskusi adalah rencana pengiriman 72 armada kapal dari berbagai negara menuju Palestina. Bantuan jalur laut dinilai sebagai bentuk dukungan nyata terhadap rakyat yang sedang menghadapi krisis kemanusiaan.
Dalam diskusi tersebut, setiap negara yang bergabung diajak untuk berkontribusi, baik dengan menyumbangkan kapal, logistik, maupun mengirimkan delegasinya. Seruan tersebut berupaya untuk membangun solidaritas global yang tak hanya simbolis tapi juga berdampak di lapangan.
Salah satu peserta delegasi yang hadir dalam aksi itu menyampaikan harapannya agar dunia semakin sadar dan bergerak bersama menghadapi krisis yang terjadi di Gaza.
"Kita harus menghentikan imperialisme dan kolonialisme yang terjadi di Gaza. Ini bukan hanya tentang solidaritas, tetapi tentang keberanian untuk menjadi bagian dari perubahan. Setiap aksi kecil sangat berarti untuk terealisasinya tujuan kami," tegas peserta yang tidak disebutkan namanya dalam keterangan tersebut.
sumber : Antara