Ribuan buruh melakukan aksi di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta, pada Kamis.
Sejumlah buruh saat melakukan aksi unjuk rasa di depan Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (28/8/2205). Para buruh kembali turun ke jalan dengan membawa beberapa tuntutan diantaranya menuntut kenaikan UMP tahun 2026 sebesar 8,5–10,5% serta minta hapus sistem Outsourcing.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan buruh melakukan aksi di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta, pada Kamis (28/8/2025). Salah satu tuntutan buruh dalam aksi itu adalah meminta pemerintah menaikkan upah minimum 2026 sebesar 8,5-10 persen.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan, anggota DPR seharusnya mendengar aspirasi para buruh. Namun, nyatanya para wakil rakyat itu justru terlihat berjoget di tengah penderitaan rakyat.
"Joget! Itu yang menyakiti hati rakyat, hati buruh," kata dia di depan Gedung DPR, Kamis siang.
Menurut dia, aksi joget para wakil rakyat itu tentu memancing emosi rakyat. Karena itu, ia menilai wajar para mahasiswa marah kepada para anggota DPR.
"Jadi kalau ada mahasiswa, kalau ada anak pelajar, mereka meradang karena mereka setelah lulus kuliah nggak dapat kerja, wajar," kata dia.
Said menilai, aksi joget para anggota dewan di ruang publik itu sama saja menghina rakyat. Pasalnya, kondisi rakyat saat ini sedang berada di tengah kesulitan.
"Mereka mempertontonkan sesuatu yang menyakiti hati rakyat. Boleh nggak joget? Jogetlah kamu di kamar kamu sendiri. Jogetlah kamu di ruangan yang tertutup sana. Bukan gak boleh joget? Boleh! Tapi, jaga hati rakyat. Rakyat tidak boleh menderita. Seorang pemimpin harus siap menderita," ujar dia.