Saham Thai Airways International kembali diperdagangkan di Bursa Efek Bangkok mulai Senin (5/8).
Kembali diperdagangkannya emiten dengan kode saham TAWNF menjadi penanda kembalinya maskapai milik negara itu ke operasi bisnis normal, usai menjalani restrukturisasi utang senilai 12 miliar dolar AS atau sekitar 400 miliar baht.
Thai Airways resmi keluar dari program rehabilitasi utang yang diawasi pengadilan pada Juni lalu. Kinerja keuangan perusahaan membaik berkat lonjakan permintaan perjalanan setelah pandemi dan keberhasilan dalam menjual saham baru untuk menambah modal.
“Valuasi Thai Air layak mendapat premi karena keberhasilan restrukturisasi bisnisnya,” kata analis InnovestX Securities, Raweenuch Piyakriengkai.
Ia memberi peringkat outperform untuk saham maskapai tersebut. Menurutnya, restrukturisasi Thai Air telah menciptakan fondasi laba yang kuat sekaligus meningkatkan daya saing perusahaan ke depan.
InnovestX menetapkan target harga saham Thai Air di 7,8 baht. Sementara CGS International Securities menargetkan 10,8 baht, berdasarkan data Bloomberg.
Akhir tahun lalu, Thai Airways menjual saham baru kepada pemegang saham lama di harga 4,48 baht per saham. Saham ini terakhir kali diperdagangkan pada Mei 2021.
Laba bersih kuartal I 2025 melonjak empat kali lipat dibanding tahun lalu, seiring kenaikan jumlah penumpang lebih dari 11 persen.
CEO Thai Airways, Chai Eamsiri, mengatakan pada Mei bahwa pemesanan penerbangan kuartal II juga kuat, didorong tingginya permintaan ke Eropa, Australia, dan India.
Sebagai bagian dari rencana penyelamatan, para kreditur Thai Airways sepakat mengkonversi utang senilai 53 miliar baht menjadi saham. Perusahaan juga berhasil menghimpun dana sekitar 23 miliar baht dari penjualan saham baru.