Catatan Cak AT: Minyak Serpih, Lupa Hilir (2), Tanggapan atas tulisan Denny JA, "Make Pertamina Great Again"

3 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
 Dok RUZKA INDONESIA) Foto ilustrasi Catatan Cak AT: Minyak Serpih, Lupa Hilir. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Ah, Bung Denny JA. Saya baca lagi dan lagi tulisan-tulisan panjenengan soal energi, sambil ngopi hitam di warung sebelah gardu yang kadang hidup kadang ngedrop. Maknyus juga, membuat pikiran tak lepas-lepas dari antum.

Tapi jujur, tulisan njenengan itu semacam peta pikir yang "dijaga perimeter"-nya. Ada batas yang jelas antara apa yang dipikirkan dan apa yang tak boleh disentuh.

Maklumlah, panjenengan sekarang bukan sekadar pengamat, tapi Komisaris Utama di PT Pertamina Hulu Energi.

Kata kuncinya: Hulu. Nah. "Hulu"-isasi energi, mungkin begitu. Kalau boleh saya kaitkan dengan tafsir gaya Cak Lontong: “Hulu itu ya... bagian awal. Tapi kalau berpikir hanya dari hulu, ya siap-siap kesandung pas nyebur ke hilir.”

Baca juga: Lounge Baru Kolaborasi Strategis Blue Sky Group dan Airport Dimensions Dibuka di Makassar

Begini Bung Denny, tulisan Anda tampak terpukau oleh success story George Mitchell di Amerika Serikat, yang konon ngotot selama berpuluh tahun mencari teknologi untuk mengolah minyak serpih alias shale oil—yang sebelumnya dianggap mustahil. Dan sukses.

Di sana, dengan teknik hydraulic fracturing (fracking) dan pengeboran horizontal, Mitchell berhasil mengubah formasi geologi yang keras kepala jadi sumur dolar. Amerika pun, dari tukang ngemis minyak berubah menjadi raja minyak dunia dalam satu dekade.

Saya akui, itu capaian teknologi kelas wahid. Tapi yaa, jangan lupa gaya Amerika, bukan tanpa cacat. Dampaknya nyata: Air tanah tercemar, gas metana bocor di mana-mana, dan gempa bumi skala kecil sudah jadi paket hematnya.

Dan ini bukan kata saya, Bung, tapi hasil riset lembaga-lembaga independen di Texas, Ohio, sampai North Dakota. Bahkan, Rusia menyebut pengeboran ala Amerika itu barbaris.

Baca juga: Masjid dan Ekonomi Kreatif Menuju Festival Budaya Masjid Pantai Bali 2025

Untuk yang belum tahu: minyak serpih (shale oil) bukanlah minyak yang mengalir manja di bawah tanah seperti di Saudi Arabia. Ia tersimpan dalam pori-pori batu serpih di dalam bumi —rapat, keras, dan susah _move on._

Maka dibutuhkan fracking: memompa air, pasir, dan bahan kimia bertekanan tinggi untuk memecah batu itu dan memaksa minyaknya keluar. Itu mahal ongkosnya. Harga keekonomian _shale oil_ berkisar $50–$70 per barel. Kalau harga dunia jeblok? Ya rugi bandar.

Indonesia tentu punya _shale_. Badan Geologi bilang kita punya cadangan potensial minyak dan gas serpih, di Sumatera, Kalimantan, Jawa, bahkan Papua. Tapi, pengembangannya? Macet di hulu. Masalahnya bukan cuma teknologi, tapi juga:

Akses air untuk fracking masih sulit, karena di kita air justru rebutan buat sawah. Juga, risiko lingkungan, investasi yang belum jelas hitung-hitungannya. Dan, jangan lupa, urusan perizinan di negeri ini kadang lebih rumit daripada perceraian artis.

Baca juga: UI Kampanyekan Inhaler Herbal Gantikan Vape di Kalangan Anak Muda

Saudi atau Iran tentu juga punya. Tapi kenapa tidak pakai _shale_ Karena mereka nggak perlu. Negara-negara Teluk itu kaya akan minyak konvensional —minyak yang tinggal sedot, tanpa perlu fracking-frackingan.

Mahal-murahnya harga produksi _shale oil_ tak menggoyahkan ekonomi mereka. Bahkan Arab Saudi sempat dumping harga minyak demi bikin _shale oil_ Amerika megap-megap. Untuk menjaga keseimbangan pasar, Amerika impor minyak dari Teluk.

Jadi kalau Anda berharap Indonesia jadi seperti AS dalam hal _shale oil,_ maaf, kita tak punya kemewahan itu. Kita bukan Saudi yang punya minyak gampang, bukan AS yang punya teknologi dan infrastruktur kelas dunia, bukan pula Venezuela yang punya minyak tapi kelimpungan sendiri.

Sayangnya, mengapa energi terbarukan tak banyak Anda singgung? Mungkin karena itu bukan bagian dari "hulu" yang panjenengan kawal. Atau karena energi terbarukan (ET) masih dianggap utopia oleh sebagian elite migas.

Baca juga: Tingkatkan Layanan, Bayar Pajak dan Restribusi di Depok Bisa Pakai QRIS

Tapi ini bahaya, Bung. Karena realitas global hari ini —dari Eropa, China, bahkan Vietnam— bergerak ke arah _renewables._ Energi matahari, angin, dan bahkan mikrohidro, kini bukan lagi tema seminar. Ia mulai masuk dapur rumah tangga.

Indonesia pun punya limpahan potensi energi terbarukan hingga 400 GB. Rinciannya: 207 GW dari tenaga surya, 60 GW dari angin, 75 GW dari hidro.

Tapi kenapa belum digarap serius? Ya karena mindset hulu masih dominan. Di hulu sana, energi dianggap proyek besar, tambang raksasa, dan ladang bor yang seksi. Energi terbarukan tak menggiurkan karena tak bisa dikavling jadi "blok".

Selain iu, hulu-hilir tak nyambung. Inilah akar masalah kita: antara hulu dan hilir tak ada komunikasi batin. Listrik rakyat tersendat karena pembangkitnya terpusat di "hulu" jauh sana. Gas bumi kita jual keluar, sementara di dalam negeri antre elpiji bersubsidi. Ini seperti rumah tangga yang punya ladang tapi dapurnya kelaparan.

Baca juga: Catatan Cak AT: Mandirinya Energi Fosil?(1), Tanggapan atas tulisan Denny JA, "Make Pertamina Great Again"

Maka saat Anda bicara energi, Bung Denny, dengan segala hormat, kami ingin mengajak panjenengan ngobrol juga soal hilir.

- Tentang rakyat kecil yang kena polusi PLTU,

- Tentang desa-desa yang masih gelap,

- Tentang petani yang harus milih: air untuk sawah atau fracking?

Saya tahu, posisi Anda sekarang tak bisa sembarangan. Tapi seperti kata Buya Syafii: “Kalau orang baik diam, maka orang tak baik yang bicara.”

Jadi, saya mohon, Bung Denny, mari angkat suara lebih bulat, dari hulu hingga hilir. Dari sumur minyak sampai sumur tetangga. Dari George Mitchell sampai petani di Wonosobo.

Bila hulu itu awal, maka semoga tulisan ini menyentuh... ulu hati panjenengan.

Salam tabek.

Penulis: Cak AT - Ahmadie Thaha/Ma'had Tadabbur al-Qur'an, 6/8/2025

Read Entire Article