Saat Pramono Mendongeng di kumparanMOM Festival Hari Anak 2025

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyampaikan sambutan pada acara kumparanMOM Festival Hari Anak 2025 di Ex Taman Anggrek, Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (26/7/2025). Foto: Syawal Febrian Darisman/kumparan

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung memeriahkan kumparanMOM Festival Hari Anak 2025 dengan membacakan dongeng berjudul "Curiousity".

Sebelum memulai sesi mendongeng, Pramono lebih dulu menyapa anak-anak dan orang tua yang berkunjung.

Ia tampak akrab dan santai berbincang dengan sejumlah peserta, menciptakan suasana hangat dan meriah.

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menggendong seorang anak saat kumparanMOM Festival Hari Anak 2025 di Ex Taman Anggrek, Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (26/7/2025). Foto: Syawal Febrian Darisman/kumparan

Selanjutnya, Pramono membacakan dongeng bertema rasa ingin tahu yang menjadi inti dari cerita “Curiousity”. Di hadapan ribuan pengunjung yang duduk menyimak, Pramono membawakan cerita dengan intonasi dan ekspresi yang mencuri perhatian.

Pramono pun menyampaikan apresiasi atas kesempatan mendongeng secara langsung di hadapan anak-anak.

“Maka kegiatan mendongeng tadi yang awalnya tentang Curiousity. Menurut saya bagus banget, dan ternyata saya bisa mendongeng,” ujarnya sambil tertawa kecil.

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung tiba menghadiri acara kumparanMOM Festival Hari Anak 2025 di Ex Taman Anggrek, Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (26/7/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan

“Dan acara-acara yang dilakukan oleh kumparan pada hari ini, kumparanMOM ini menurut saya salah satu meletakkan dasar utama bagi anak-anak Jakarta,” jelas Pramono.

“Dan tadi saya juga sampaikan kepada Mas Arifin (Pemimpin Redaksi kumparan, Arifin Asydhad) supaya yang seperti ini jangan berhenti dan kita tentunya kalau memang mau berkolaborasi dengan pemerintah Jakarta, kami siap untuk melakukan,” kata Pramono.

Ia juga menekankan pentingnya kegiatan seperti ini dalam membentuk karakter anak sejak dini, termasuk membiasakan mereka pada lingkungan sosial yang beragam.

“Karena inilah dasar kita membuat anak-anak itu menjadi bahagia, terbiasa dengan banyak orang, perbedaan itu menjadi sesuatu yang biasa,” lanjutnya.