Sebanyak 500 ribu orang di Tel Aviv, Israel, turun ke jalan pada Minggu (17/8) malam waktu setempat. Mereka menggelar demo menuntut berakhirnya perang Gaza dan pembebasan sandera.
Ini merupakan demo terbesar sejak perang di Gaza pecah pada Oktober 2023 lalu. Lebih 61 ribu orang, mayoritas anak-anak dan wanita, di Jalur Gaza kehilangan nyawa.
Inisiator demo, Forum Keluarga yang Hilang dan Sandera, mengungkap data 500 ribu orang yang hadir, pada unjuk rasa Minggu malam di Tel Aviv.
Meski penyelenggara demo menyebut jumlah setengah juta orang, tapi hingga sekarang belum ada keterangan resmi dari kepolisian perihal jumlahnya.
Saat demo berlangsung para pengunjuk rasa meneriakkan yel-yel berupa: ‘Hentikan Perang’ hingga ‘Bawa Mereka Pulang’ yang merujuk pada permintaan agar pada sandera segera dibebaskan.
Laporan media-media Israel, demo kali ini digelar di plaza Tel Aviv. Tempat itu biasa dipakai warga menggelar demo khususnya saat perang Gaza pecah.
Einav Zangauker, yang memimpin pergerakan itu, adalah ibu dari seorang sandera bernama Matan.
“Kami menuntut kesepakatan yang komprehensif dan dapat dicapai serta diakhirinya perang. Kami menuntut apa yang menjadi hak kami, anak-anak kami," kata Einav Zangauker saat berorasi seperti dikutip dari AFP.
"Pemerintah Israel telah mengubah perang yang adil menjadi perang yang sia-sia," ujar dia.
Saat perang pertama kali pecah, sebanyak 251 orang dari Israel disandera oleh kelompok bersenjata di Gaza.
Laporan militer Israel (IDF) sampai sekarang masih ada 49 orang disandera di Gaza. Mereka yakin 27 dari 49 orang sandera sudah tak bernyawa.
Adapun Israel memakai sandera sebagai alasan menyerang Gaza tanpa pandang bulu. Akibatnya 61.944 warga di Gaza tewas akibat serangan Israel.
Sebagian besar korban jiwa adalah warga sipil, termasuk anak-anak, perempuan dan lansia yang harusnya dilindungi saat perang.
Badan urusan HAM PBB menyebut serangan Israel ke Gaza ma...