
Presiden Iran Masoud Pezeshkian menuding Amerika Serikat sebagai aktor utama di balik serangan militer Israel terhadap Iran.
Dalam pernyataan resminya yang disiarkan media pemerintah pada Minggu (22/6), Pezeshkian menyebut AS awalnya berusaha menutupi keterlibatannya, namun akhirnya terlihat jelas setelah pasukan Iran merespons serangan tersebut.
“Meskipun mereka awalnya mencoba menyembunyikan peran mereka, setelah tanggapan tegas dari angkatan bersenjata negara kita dan terlihatnya ketidakmampuan rezim Zionis, mereka akhirnya muncul ke permukaan,” kata Pezeshkian, dikutip IRNA.
Ia juga menyerukan persatuan nasional pascaserangan, dan meminta seluruh elemen masyarakat mengesampingkan perbedaan demi memperkuat dalam negeri.

Sementara itu, profesor politik internasional dari University College Dublin, Scott Lucas, menilai keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menyerang Iran tak lepas dari tekanan Israel.
“Donald Trump dipermainkan oleh Israel; beberapa orang mungkin mengatakan dimanipulasi,” ujar Lucas dalam wawancara dengan Al Jazeera.
Dalam pidatonya di Gedung Putih pada Sabtu malam waktu setempat (21/6), Trump mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Israel untuk melakukan serangan ke fasilitas nuklir Iran.
“Kami bekerja sebagai satu tim, seperti yang mungkin belum pernah dilakukan tim mana pun sebelumnya, dan kami telah berupaya keras untuk menghapus ancaman mengerikan ini terhadap Israel,” tutur Trump, mengutip Reuters.

Menurut Lucas, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendorong serangan militer setelah merasa diplomasi yang diusulkan Trump pada Februari merugikan kepentingan Israel.
Dalam pandangannya, Washington menyetujui rencana serangan sejak 8 Juni, dan Israel mulai melancarkan operasi militer skala penuh pada 13 Juni.
“Dalam sembilan hari terakhir, Israel telah menyerang tidak hanya fasilitas nuklir, tapi juga pangkalan militer dan lokasi sipil,” jelas Lucas.
Ia menilai keputusan Trump membawa dua konsekuensi politik di dalam negeri. Yang pertama adalah apakah serangan “penghancur bunker” benar-benar berhasil melumpuhkan situs nuklir Fordow.
Kedua, apakah keputusan ini akan memperdalam perpecahan di kalangan partai Republik dan pendukungnya.
“Jika serangan ini terbatas dan dianggap berhasil, Trump bisa menghindari tekanan domestik. Tapi jika Fordow masih utuh, maka akan ada pertanyaan lebih besar, dan mungkin Trump harus mengambil langkah lanjutan yang berisiko mengasingkan sebagian basis pendukungnya,” kata Lucas.