Cuaca ekstrem tidak hanya terjadi di musim hujan, namun juga dapat muncul saat musim kemarau. BMKG pun merilis potensi cuaca ekstrem beberapa hari ke depan.
"Dalam tiga hari terakhir, hujan lebat hingga ekstrem terjadi di Maluku (205,3 mm/hari), Kalimantan Barat (89,5 mm/hari), Jawa Tengah (83 mm/hari), dan Jabodetabek (121,8 mm/hari)," ungkap BMKG, Selasa (5/8).
BMKG memantau adanya potensi peningkatan curah hujan dalam sepekan ke depan terutama di wilayah Indonesia Tengah hingga Timur meskipun sudah hampir separuh dari wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau.
Fenomena ini dipengaruhi oleh dinamika atmosfer yang memberikan peran dalam pertumbuhan awan hujan. Keberadaan Bibit Siklon Tropis 90S di Samudra Hindia barat daya Bengkulu secara tidak langsung membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sepanjang pulau Jawa dan Pesisir Barat Sumatra bagian selatan.
"Selain itu, kombinasi gelombang Low–Frequency dan Mixed Rossby-Gravity, didukung dengan suhu muka laut (SST) yang hangat di sejumlah perairan Indonesia juga berkontribusi terhadap peningkatan kandungan uap air di atmosfer yang memperkuat pembentukan awan hujan," urai BMKG.
Menghadapi kondisi ini, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi meskipun musim kemarau telah tiba. Potensi terjadinya cuaca ekstrem seperti hujan deras, angin kencang tetap ada.
Oleh karena itu, penting untuk memantau informasi cuaca dari BMKG secara rutin, menjaga kebersihan lingkungan untuk menghindari risiko dampak yang diakibatkan, serta mempersiapkan diri menghadapi potensi perubahan cuaca yang cepat demi keselamatan bersama.
Dinamika Atmosfer Sepekan ke Depan
Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer terkini, potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan akan meningkat dalam sepekan ke depan.
Kondisi ini didukung oleh berbagai faktor, mulai dari skala global, regional, hingga lokal, yang secara kolektif menciptakan kondisi atmosfer yang labil dan kondusif untuk pembentukan awan-awan hujan dengan intensitas bervariasi.
Analisis kondisi iklim global menunjukkan ENSO berada pada kategori netral. Sementara itu, nilai Dipole Mode negatif (-0.6) turut memberikan kontribusi pada peningkatan suplai uap air di Samudra Hindia barat Sumatra.
"Dari faktor global lainnya, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) diprediksi akan tetap aktif di Samudra Hindia Barat Sumatra hingga pertengahan Agustus 2025 mendatang."
Aktifnya MJO ini akan berkombinasi dengan gelombang atmosfer lain seperti Kelvin, Rossby Ekuator, dan gelombang Low Frequency yang persisten, terutama di Samudra Hindia barat daya Sumatra, perairan selatan Jawa hingga NTT, Selat Makassar, dan sebagian besar wilayah Indonesia bagian timur, yang secara signifikan meningkatkan potensi aktivitas konvektif di wilayah tersebut.
Bibit Siklon Tropis 90S diprakirakan masih berada di Samudra Hindia barat daya Bengkulu, dengan kecepatan angin maksimum 25-30 Knot, tekanan udara minimum 1005 hPa, dan arah gerak ke selatan – barat daya. Pertumbuhan Bibit Siklon Tropis 90S didukung oleh beberapa kondisi, antara lain aktifnya gelombang MJO dan Low Frequency di sekitar sistem, suhu muka laut yang hangat, kelembapan yang cukup basah di setiap lapisan, vortisitas di permukaan yang juga menunjukkan penguatan.
Bibit Siklon Tropis 90S memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca ekstrem dan perairan di wilayah Indonesia berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di Pesisir Barat Sumatera bagian Selatan dan gelom...