Polda Metro Jaya mengingatkan agar siaran langsung di media sosial (live streaming) tidak digunakan untuk memprovokasi atau mengajak massa, termasuk pelajar, untuk ikut turun berdemo ke lapangan.
Polisi mengimbau masyarakat untuk melapor bila menemukan ajakan provokatif di dunia maya.
“Polda Metro Jaya berkomunikasi dengan beberapa stakeholders, mengingatkan, memantau, melihat, mengingatkan juga yang sedang live untuk tidak memprovokasi, mengajak karena viewers atau followers atau siapa pun yang nonton kanal-kanal medsos dari berbagai lapisan golongan. Kemudian usia ini juga harus diperhatikan sama-sama,” ujar kata Kombes Ade Ary kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (28/8).
Seperti diberitakan, dalam demo ricuh pada Senin 25 Agustus, banyak pelajar di bawah usia yang ikut serta turun jalan. Mereka mengaku terpengaruh oleh konten di medsos, utamanya TikTok. Beberapa pendemo juga melakukan live streaming pada hari itu.
Lebih lanjut, Ade Ary meminta kerja sama masyarakat untuk ikut aktif melakukan patroli siber dan melaporkan bila ada konten provokatif.
“Mohon juga dilaporkan ke kami, apabila ada ditemukan ajakan-ajakan terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak baik, seperti tawuran, seperti ajakan pelajar untuk demo. Ini kasihan anak-anak pelajar ini kan harusnya belajar,” katanya.
Hari ini aksi demonstrasi dilakukan oleh massa buruh dengan tuntutan utama menolak outsourcing dan upah murah. Demo dipusatkan di gedung DPR Senayan.
3 Akun Medsos Ajak Demo Pelajar
Hari ini pula polisi telah mengamankan 267 orang pelajar yang hendak menuju titik utama massa aksi. Hasilnya, polisi berhasil mengidentifikasi 3 akun di media sosial yang teridentifikasi mengajak para pelajar untuk ikut aksi demo.
“Setidaknya ada tiga kanal [akun-Red] medsos tadi yang sudah teridentifikasi, memberikan ajakan. Tentunya ini dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, yang ingin memanfaatkan situasi, yang ingin memanfaatkan anak-anak ini, pelajar ini, untuk ikut lakukan kegiatan,” kata Ade Ary.