
UNIVERSITAS Negeri Jakarta (UNJ), melalui kolaborasi lintas program studi, meresmikan Pojok Konseling Sastra dan Ruang Ekspresi Anak Kreatif di Rusunawa Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.
Inisiatif ini merupakan bentuk nyata pengabdian kampus terhadap masyarakat, khususnya dalam memperluas akses anak-anak dan remaja terhadap literasi, seni, serta ruang-ruang ekspresi yang membangun karakter dan keberanian.
Program ini merupakan kerja sama antara Program Studi Sastra Inggris, Pendidikan Musik, dan Bimbingan dan Konseling UNJ, yang didukung oleh Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) VII.
Kegiatan ini menggunakan pendekatan interdisipliner untuk mendorong tumbuhnya keterampilan ekspresif, empati, serta daya cipta anak-anak melalui media sastra, musik, dan proses konseling yang bersifat dialogis.
Ketua program Tesaannisa menjelaskan bahwa pendekatan utama dalam kegiatan ini adalah bibliokonseling berbasis sastra bandingan—yaitu metode mendampingi anak-anak membaca dan merefleksikan cerita dari berbagai budaya sebagai sarana untuk memahami emosi, pengalaman, dan nilai-nilai kehidupan.
“Lewat sastra bandingan, anak-anak bisa melihat bahwa pengalaman sedih, bingung, takut, atau gembira bukan hanya milik mereka sendiri. Dari sana mereka belajar membuka diri,” ujarnya.
Dalam sambutannya, Ketua LPPM UNJ Prof Iwan Sugihartono juga menegaskan bahwa bibliokonseling berbasis sastra merupakan bentuk pembelajaran reflektif yang mendorong proses berpikir mendalam tentang makna hidup, terutama melalui kekuatan kata.
Sastra, katanya, adalah alat untuk membangun kepekaan batin dan mengembangkan cara berpikir kritis yang empatik.
Puncak acara ditandai dengan pemotongan pita secara simbolis oleh Kepala Bidang Regulasi dan Peran Serta Masyarakat Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta Mukti Andiyanto.
Dalam sambutannya, Mukti menyampaikan dukungannya terhadap hadirnya ruang-ruang belajar alternatif yang tumbuh dari sinergi kampus dan komunitas.
“Kami berharap inisiatif seperti ini bisa direplikasi di rusun-rusun lainnya di Jakarta,” katanya.
Suasana peluncuran berlangsung hangat dan partisipatif, terutama saat anak-anak rusun tampil membacakan cerita hasil pendampingan mereka secara storytelling musikal, diiringi alat musik angklung yang mereka pelajari bersama. Semua penampil adalah anak-anak rusun yang aktif terlibat dalam proses pembelajaran kreatif ini.
Respons positif juga datang dari para orangtua. Rina, salah satu orangtua peserta, menyampaikan bahwa anaknya menjadi lebih semangat belajar dan percaya diri setelah mengikuti kegiatan ini.
“Biasanya dia pemalu, sekarang sudah berani tampil di depan orang bahkan berbicara dalam Bahasa Inggris,” ujarnya.
Acara ini turut dihadiri oleh Ketua UPRS VII Ageng Darmintono dan Lurah Jatinegara Kaum Henrica Kuswandari, yang mendukung kelanjutan program ini sebagai bentuk penguatan komunitas di wilayah permukiman padat.
Seluruh kegiatan ini turut mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam aspek pendidikan berkualitas, kesejahteraan psikososial, kesetaraan gender, dan pengentasan kemiskinan.
Para orangtua dan warga yang hadir mengungkapkan bahwa ruang ini telah menyentuh hati banyak orang. Harapannya, ini bukan titik akhir, melainkan awal dari lebih banyak ruang ekspresi yang bisa lahir di berbagai rusun lainnya. Karena setiap anak, di mana pun mereka tinggal, punya hak untuk tumbuh dengan utuh—dengan imajinasi, harapan, dan suara mereka sendiri.
Melalui pendekatan berbasis komunitas dan budaya, Pojok Konseling Sastra dan Ruang Ekspresi menjadi ruang yang mempertemukan literasi, kreativitas, dan keberanian untuk bersuara.
Di tempat yang sebelumnya minim akses terhadap pendidikan nonformal, kini tumbuh ruang bagi anak-anak untuk belajar mengenali diri dan bermimpi lebih tinggi. (Z-1)