
Perwakilan perusahaan asuransi komersial serta anggota Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menilai bahwa rencana penggabungan atau merger perusahaan asuransi milik negara tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap operasional maupun kinerja asuransi swasta non-BUMN.
Kepala Departemen Legal AAJI yang juga menjabat Direktur Legal & Compliance Allianz Life Indonesia, Hasinah Yusuf, menyampaikan bahwa perbedaan segmen pasar membuat merger BUMN tidak begitu berdampak pada pelaku industri asuransi komersial.
“Kalau saya sih melihatnya nggak ter-impact [dampak] apapun dengan asuransi diluar BUMN ya. Karena memang layernya beda,” kata Hasinah saat ditemui usai acara Media Gathering AAJI di Sentul, Bogor, dikutip Kamis (26/6).
Hasinah menambahkan, meskipun ia tidak sepenuhnya memahami detail operasional asuransi BUMN, biasanya perusahaan-perusahaan tersebut lebih banyak melayani segmen kumpulan.
Sementara itu, perusahaannya beroperasi di segmen yang mencakup nasabah kumpulan dan individu, dengan porsi yang lebih besar berasal dari individu. “Jadi saya nggak lihat impact-nya terlalu besar ke (perusahaan) yang individu,” tambah Hasinah.
Hal senada juga disampaikan oleh Dian Budiani dari Departemen Klaim dan Manfaat Asuransi AAJI. Ia menilai tidak ada pengaruh langsung dari merger tersebut terhadap industri asuransi swasta sejauh ini.
“Sejauh ini sih nggak (memengaruhi) ya. Karena kalau yang non-BUMN kan udah ada assessment tingkat kesehatannya sendiri kan. Ngeliat A-B-C dan sebagainya ya. Rasanya sejauh ini sih nggak ada pengaruh gitu,” ujar Dian kepada kumparan dalam kesempatan yang sama.
Sebelumnya, Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia akan mengkonsolidasikan seluruh induk, anak, dan cucu BUMN dari awalnya 888 perusahaan, dipangkas menjadi kurang dari 200 perusahaan.
Chief Operation Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, mengatakan Danantara akan melakukan 4 tahapan dalam pengelolaan BUMN. Pertama, mengkaji bisnis secara fundamental (fundamental business review).
Dalam tahapan yang sudah rampung tersebut, Danantara melakukan analisis perkembangan industri, analisis kompetitor, hingga kajian kapabilitas internal yang kemudian dimasukkan ke dalam sebuah matrix.
Dony menyebutkan, banyak perusahaan dengan model bisnis yang sama namun tidak kompetitif lantaran ukurannya terlalu kecil. Misalnya, di sektor logistik terdapat 18 perusahaan BUMN, dan terdapat 16 perusahaan asuransi dengan model bisnis serupa.