Liputan6.com, Jakarta Manchester United kembali menghadapi dilema di posisi penjaga gawang. Pasca-kepergian David de Gea, Setan Merah belum menemukan pengganti yang benar-benar konsisten.
Kedatangan Andre Onana sempat membawa harapan, tetapi inkonsistensi tetap menghantui performanya di Old Trafford.
Musim 2025/2026 menjadi krusial bagi MU untuk menstabilkan lini belakang. Altay Bayındır, meski diperhitungkan, belum cukup menjadi solusi.
Rumor mengenai ketertarikan klub terhadap Senne Lammens menambah dinamika, mengingat kiper Belgia berusia 23 tahun ini menunjukkan performa menonjol di Liga Pro Belgia bersama Royal Antwerp.
Perbandingan antara Onana dan Lammens bukan sekadar nama besar, tetapi menilai siapa yang lebih layak menjadi kiper utama Manchester United.
Dari statistik menahan tembakan hingga distribusi bola, setiap detail bisa menjadi faktor penentu pilihan klub. Berikut analisis mendalamnya.
Menahan Tembakan: Lammens Memimpin Statistik
Andre Onana memulai debutnya di MU dengan penuh tantangan, tetapi ia berhasil mengakhiri musim dengan sembilan clean sheet, sama seperti musim sebelumnya.
Meski atletis dan mampu melakukan penyelamatan spektakuler, performanya kerap terhambat oleh kesalahan rutin dan penurunan kepercayaan diri.
Musim lalu, ia berada di peringkat ke-18 Premier League dengan hanya 1,0 gol yang dicegah dan persentase penyelamatan turun menjadi 68,9%.
Sebaliknya, Senne Lammens tampil impresif di Royal Antwerp. Persentase penyelamatan mencapai 81,4% dengan 14,5 gol yang dicegah.
Tidak ada penjaga gawang lain di Belgia yang melakukan lebih banyak penyelamatan musim lalu. Statistik ini menegaskan bahwa Lammens memiliki kapasitas luar biasa sebagai kiper muda, membuatnya menjadi kandidat serius untuk memperkuat lini belakang MU.
Kemampuan Udara: Lammens Unggul Jauh
Tinggi badan menjadi salah satu indikator kemampuan menguasai bola di udara, dan di sini Lammens menunjukkan keunggulan.
Dengan tinggi 193 cm, ia lebih tinggi tiga inci dibanding Onana dan terbukti handal dalam menghadang umpan silang.
Sepanjang musim lalu, Lammens berhasil menghentikan 13,2% umpan silang ke kotak penalti, menempatkannya di persentil ke-99 penjaga gawang Eropa.
Onana, meski atletis, hanya mampu menghentikan sekitar 5% umpan silang yang masuk. Sejak 2018–19, ia tidak pernah menembus angka 9,3% dalam satu musim.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam duel udara, Lammens memiliki keunggulan signifikan, yang menjadi modal penting jika ia harus menghadapi kerasnya Liga Premier Inggris.
Distribusi Bola: Keunggulan Modern Onana
Onana dikenal sebagai kiper modern yang nyaman bermain dengan kaki. Ia mampu menjadi pemain tambahan dalam build-up tim, meskipun performanya di Manchester belum mencapai level terbaik seperti di Ajax atau Inter Milan.
Permainan dari belakang masih terasa kaku di United, dan Onana belum mampu merevolusi skema build-up klub.
Lammens menunjukkan kemampuan distribusi yang solid, dengan rasio penyelesaian umpan 3,6% lebih tinggi daripada Onana musim lalu, meski mencoba lebih sedikit per 90 menit.
Bart Tamsyn, pakar sepak bola Belgia, mengatakan Lammens "nyaman dengan kaki kanan dan kirinya," namun masih memiliki ruang untuk berkembang dalam menghadapi tekanan tinggi Premier League. Meski demikian, Lammens terlihat lebih siap menghadapi gaya modern sepak bola daripada kiper pada usianya.
Sumber: Sport Ilustrated