
SEBUAH studi baru memprediksi bahwa alam semesta hanya akan bertahan hingga 33 miliar tahun. Tanda-tanda kehancurannya bisa mulai muncul dalam waktu singkat.
Penelitian tersebut mengungkap bahwa usia alam semesta mungkin jauh lebih pendek dari perkiraan sebelumnya, dan bahwa alam semesta bisa mulai 'sekarat' dalam kurun waktu 10 miliar tahun.
Meski begitu, ini hanyalah salah satu teori dari banyak kemungkinan yang ada, dan tidak ada yang benar-benar tahu kapan alam semesta akan berakhir.
Saat ini, ada dua teori utama mengenai bagaimana alam semesta bisa berakhir.
Pertama, adalah teori "Big Freeze", yang menyatakan bahwa alam semesta akan terus mengembang hingga semua bintang kehabisan energi dan mendingin hingga mencapai suhu nol mutlak.
Kedua, teori "Big Crunch", yang berpendapat bahwa perluasan alam semesta bersifat sementara, dan pada akhirnya akan berbalik menyusut hingga runtuh kembali dalam sebuah ledakan seperti Big Bang.
Ilmuwan belum sepakat tentang teori mana yang paling masuk akal, sebab pengamatan terbaru menimbulkan keraguan terhadap seberapa cepat alam semesta sebenarnya mengembang. Kondisi ini disebut sebagai Krisis Kosmologi.
Salah satu solusi dari permasalahan ini adalah dengan mengetahui nilai sejati konstanta kosmologis, yaitu sebuah angka teoritis penting yang dapat membantu memetakan ekspansi kosmos.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, para ilmuwan menerbitkan makalah baru pada 30 Juni di server prapublikasi arXiv.
Hal tersebut dilakukan dengan menelaah data terkini dari Dark Energy Survey (DES) dan Dark Energy Spectroscopic Instrument (DESI) yang menunjukkan kemungkinan bahwa energi gelap tersusun atas partikel aksion.
Aksion adalah partikel ultraringan yang masih bersifat teoritis dan hampir tidak pernah berinteraksi dengan materi.
Jika keberadaannya terbukti, menurut para peneliti hal ini dapat menyebabkan terjadinya Big Crunch.
Namun, Jika skenario Big Freeze / Heat Death yang terjadi, maka alam semesta bisa bertahan hingga 1 quinvigintillion tahun (1 × 10^78 tahun) sebelum mencapai keadaan stagnan tanpa energi untuk melakukan kerja.
Hasil perhitungan mereka menunjukkan bahwa hal ini bisa terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan.
Sebagai tambahan, Ilmuwan lain juga masih mendukung skenario Big Freeze atau bahkan Big Bounce yang jauh lebih panjang waktunya (>100 miliar hingga tak terhingga).
Sumber: Live Science