
Ruang kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) Taman Siswa, Kota Bandung, tampak sepi. Di antara belasan bangku kosong yang berderet, hanya ada satu kursi barisan kedua yang terisi.
Di sana, seorang siswa laki-laki berpakaian putih abu-abu yang masih baru tengah duduk sambil menundukkan kepalanya. Tangannya sibuk mencatat materi pelajaran Kimia yang diberikan oleh gurunya.
Tak ada suara yang terdengar lain, selain kata-kata, langkah kecil guru, dan siluet bunyi goresan pulpen.
Siswa itu bernama Nadif (16). Ia menjadi satu-satunya murid baru yang diterima di SMA Taman Siswa pada tahun ajaran 2025/2026.
Ada kalanya, dirinya merasakan sepi karena tidak memiliki teman sebaya di sekolah. Kendati demikian, Nadif mengaku jauh lebih nyaman dengan rasa sepi itu karena bisa lebih fokus dalam belajar.
“Kalau perasaan mungkin ya sedikit sepi lah, cuma kalau belajar nyaman dibandingkan saya sebelumnya kan sekolah tuh biasanya berkelompok banyak kan, agak kurang nyaman gitu, dengan kegaduhan atau pun ya teman-teman yang gak sefrekuensi bikin saya gak nyaman aja,” ceritanya di lokasi, Rabu (23/7).

Sebelumnya, pihak sekolah sudah menawarkan kepada Nadif untuk berpindah ke tempat lain. Namun, ia dan orang tuanya menolak lantaran lebih dekat dari rumah. “Pilihan sendiri dan orang tua karena dekat dari rumah,” ungkapnya.
Selain itu, jam istirahat juga Nadif gunakan untuk memakan bekal dan menonton video streaming melalui handphonenya.
Tetap Berikan Yang Terbaik
Menurunnya jumlah murid baru setiap tahunnya, tidak menyurutkan semangat para guru di SMA Taman Siswa untuk memberikan yang terbaik kepada anak didiknya.
Bagi Sagita, Guru Kimia SMA Taman Siswa, mengajar dengan jumlah murid lebih sedikit membuatnya lebih mudah mengenal karakter para siswa.
“Dan kalau sebagai guru kan, kalau sudah jadi bagian yang hidup, mau berhadapan dengan siswa berapa pun, kita layani. Terutama, sebenarnya kalau sebagai guru saya lebih senang mengajar sejumlah siswa yang sedikit, jadi saya bisa lebih hafal karakter per individunya," kata Sagita.

Di tengah mengajarnya, Sagita juga terlihat memberikan arahan kepada Nadif. Sesekali dirinya menjelaskan materi Kimia yang masih sulit dipahami anak muridnya. Ia berharap Nadif bisa tumbuh menjadi siswa yang cerdas dan meraih cita-citanya.
“Karena kami juga dari dulu istilahnya sebagai guru mempunyai tanggung jawab lah ya untuk menjadikan anak bangsa sesuai dengan harapan orang tua, negara, dan bangsa untuk siswa, di mana pun dia belajar yang penting fokus pada tujuan fokus pada cita-cita, apa pun bisa diraih,” ucapnya.
