Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan udara Israel di ibu kota Yaman, Sanaa, menewaskan enam orang dan melukai puluhan lainnya pada Minggu (24/8/2025). Insiden ini terjadi dua hari setelah kelompok Houthi meluncurkan rudal ke wilayah Israel sebagai bagian dari dukungan mereka terhadap Palestina.
Militer Israel menyatakan serangan udara menargetkan "kompleks militer" di Sanaa, termasuk istana presiden. Media Al Masirah, yang berafiliasi dengan Houthi, melaporkan fasilitas minyak dan pembangkit listrik menjadi sasaran. Setidaknya enam orang tewas dan 86 lainnya luka-luka akibat serangan tersebut.
"Serangan itu dilancarkan sebagai respons atas serangan berulang kali oleh rezim teroris Houthi terhadap negara Israel dan warganya, termasuk peluncuran rudal permukaan-ke-permukaan dan kendaraan udara nirawak ke wilayah negara itu," kata militer Israel, seperti dikutip Al Jazeera, Senin (25/8/2025).
Houthi membantah klaim tersebut. Seorang pejabat militer Houthi yang dikutip Al Masirah menyatakan bahwa pertahanan udara mereka berhasil "menetralisir sebagian besar pesawat musuh Israel yang terlibat dalam agresi."
Mohammed al-Bukhaiti, pejabat Houthi, menegaskan serangan Israel tidak akan menghentikan dukungan kelompoknya terhadap Palestina. "Agresi Israel terhadap Yaman tidak akan menyurutkan kami untuk melanjutkan dukungan kami untuk Gaza, berapa pun pengorbanannya," ujarnya.
Abed al-Thawr dari Kementerian Pertahanan Houthi menyebut serangan Israel sebagai "barbarisme" dan menegaskan bahwa istana presiden yang diserang telah lama ditinggalkan. Ia menambahkan bahwa Israel sengaja menargetkan infrastruktur sipil untuk menyakiti rakyat Yaman.
Pemerintah yang dikuasai Houthi menyebut serangan ini sebagai "kejahatan perang" yang bertujuan menciptakan "kemenangan palsu" dengan menunjukkan kepulan asap di atas Sanaa.
"Agresi tersebut membuktikan bahwa musuh Israel, dengan dukungan Amerika, sedang melancarkan perang terbuka melawan bangsa Arab dan Muslim," kata pemerintah tersebut dalam sebuah pernyataan.
Hamas juga mengecam serangan Israel, menyebutnya sebagai "pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Arab dan hukum internasional." Dalam pernyataannya, Hamas memuji keberanian Houthi dan menyerukan negara-negara Arab dan Muslim serta kekuatan bebas untuk bergabung dalam upaya kolektif mendukung Palestina.
Sejak sebulan terakhir, Israel telah menargetkan pembangkit listrik dan pelabuhan Yaman. Serangan hari Minggu menambah daftar insiden kekerasan, yang terjadi tak lama setelah Houthi meluncurkan rudal hipersonik dan dua pesawat nirawak ke Israel pekan lalu, menegaskan dukungan mereka terhadap Palestina sampai agresi di Gaza berhenti.
(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Israel Serang Negara Baru di Arab, Warga Diminta Ngungsi Besar-besaran