
Dari alat musik gesek asal Tiongkok hingga telepon kaleng, 20 koleksi budaya di Museum Batam Raja Ali Haji kini tengah didokumentasikan secara ilmiah. Selama empat hari, para ahli lintas negara membedah satu per satu benda bersejarah itu untuk memperkaya catatan budaya Batam.
Direktur manajer Ethnographica Limited, Vivienne Wee, yang juga antropolog asal Singapura, dikenal luas melalui penelitian dan tulisan tentang Orang Laut serta etnis Melayu di Riau, Singapura, dan Malaysia. Dalam kegiatan ini, Vivienne bersama tim ahli lainnya turut memberikan wawasan mengenai bagaimana benda-benda ini menggambarkan perjalanan budaya yang kaya di Batam dan sekitarnya. Dokumentasi ini juga berperan penting dalam melestarikan warisan budaya yang mungkin terancam hilang seiring berjalannya waktu.
Setiap koleksi yang didokumentasikan tidak hanya menambah pengetahuan sejarah, tetapi juga meningkatkan rasa bangga terhadap identitas budaya lokal. Museum Batam Raja Ali Haji, melalui inisiatif ini, berkomitmen untuk menjadi pusat pembelajaran dan penelitian yang menggali lebih dalam sejarah serta kebudayaan Batam yang sangat beragam dan unik.
"Proses ini bukan hanya memberi informasi lebih tentang sejarah lokal, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya merawat dan melestarikan benda-benda bersejarah yang menjadi cerminan identitas kita," katanya, Kamis (14/8).
Dia menjelaskan upaya ini patut mendapat apresiasi, karena tidak hanya memajukan ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan rasa bangga kepada masyarakat Batam atas kekayaan budaya mereka yang luar biasa.
Selain itu, sejarah koleksi seperti Erhu, bukti migrasi Tiongkok ke Kepulauan Riau; Yoyo, permainan tradisional lintas negara; Ketapel atau Lastik, senjata sederhana yang mematikan; dan Telepon Kaleng, alat komunikasi akustik yang pernah populer sebelum telepon modern ditemukan.
Praktisi budaya Melayu asal Kepulauan Riau, Muhammad Zen, juga memberikan tanggapan yang sangat berharga dalam acara ini. Dia mengatakan lebih dalam mengenai busana pengantin laki-laki dan perempuan khas Melayu, yang menjadi simbol keindahan serta kearifan lokal. Pemahaman tentang busana pengantin ini tidak hanya sekadar melihat desainnya, tetapi juga menggali makna simbolis yang terkandung dalam setiap detail dan ornamen yang digunakan dalam budaya Melayu.
"Koleksi yang didokumentasikan dalam acara ini meliputi berbagai benda bersejarah yang sangat kaya akan nilai budaya, seperti rebab, kompang," ujarnya.
Dengan langkah ini, Museum Batam Raja Ali Haji turut berperan aktif dalam memperkaya khazanah budaya Batam dan Indonesia, serta menjaga agar generasi mendatang dapat lebih mengenal dan menghargai warisan budaya mereka. Ini adalah bukti nyata bahwa budaya, dalam segala bentuknya, adalah bagian integral dari identitas kita yang harus dijaga dan dilestarikan. (H-1)
Proses dokumentasi koleksi budaya di Museum Batam Raja Ali Haji, Direktur manajer Ethnographica Limited, Vivienne Wee. Kegiatan ini bertujuan untuk merekam dan mengembangkan pemahaman mendalam tentang warisan budaya Batam. MI/Hendri Kremer