Miskin di Hari Tua, Gegara Gaya Hidup yang Tak Kenal Pensiun

1 month ago 3
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
 Aslamuddin LasawedyFoto : Aslamuddin Lasawedy

Setiap pagi, Andre selalu tampil parlente. Berangkat kerja dengan jas abu-abu gelap, seraya tersenyum penuh percaya diri. Wajahnya tampak lelah, yang tersamar rapi oleh ambisinya. Ia adalah manajer senior di perusahaan konsultan. Tempatnya bekerja yang sudah lama dianggapnya sebagai rumah kedua. Bahkan, mungkin saja sudah menjadi rumah pertamanya.

Penghasilannya dua digit. Ia mengendarai mobil Eropa. Apartemennya menghadap cakrawala kota. Namun terkadang saat tengah malam tiba, ia kerap termenung sendirian. “Setelah belasan tahun bekerja, kenapa aku belum juga bisa merasa tenang ?” gumamnya dalam hati.

Andre menatap mutasi rekeningnya yang selalu menguras saldonya di akhir bulan. Rekening tabungannya seperti tanaman bonsai yang rajin disiram tapi tak kunjung bertumbuh.

Begitulah kehidupan di lapisan atas kelas menengah. Di atas kertas, Andre kaya-raya. Di dunia nyata, ia terjebak dalam gaya hidup yang ia bangun sendiri. Seperti merakit sangkar dari emas. Lalu, terheran-heran mengapa ia tak pernah bisa terbang.

Di balik layar Instagram dan rapat Zoom, banyak profesional muda seperti Andre, berjalan di atas tali tipis antara sukses dan ilusi. Mereka tak sadar bahwa setiap kali ia bertransaksi untuk gaya hidupnya, itu bermakna ia mengurangi kebahagiaannya di hari tua. Mobil dicicil. Rumah diangsur dengan KPR 25 tahun. Liburan ke Jepang menggunakan kredit 0%. Semuanya tampak seperti masuk akal, lantaran semua orang melakukan hal yang sama.

Tapi tak ada yang berkata jujur di meja makan malam. Tentang berapa banyak dari mereka yang sebenarnya menyimpan kecemasan soal nasibnya setelah pensiun tiba.

“Apa yang terjadi kalau besok aku diberhentikan?”

“Bisakah aku pensiun sebelum umur 65?”

“Apakah tabunganku cukup untuk hidup tanpa gaji selama pensiun ?”

Sejatinya kehidupan kelas menengah ini, bukanlah cermin dari kekayaan mereka. Itu lebih tepat disebut seperti proyektor dari ketakutan mereka menjadi biasa-biasa saja. Mereka membeli status, bukan kebutuhan. Mengisi ruang hampa dalam dirinya, dengan belanja barang mewah. Mereka hidup bukan untuk menikmati hidup. Mereka justru hidup untuk mengukuhkan eksistensinya di antara rekan kerja dan algoritma media sosial.

Sampai akhirnya, usia mendekati pensiun tiba. Dan dunia korporat yang dulu mereka bela siang malam, mengganti mereka dengan generasi baru yang lebih cepat kerjanya. Lebih murah gajinya. Lebih bisa kerja multitasking. Kantor tak lagi menelepon. Gaji berhenti mengalir. Tapi gaya hidup belum tahu caranya pensiun.

 Jose Luis Pelaez Inc/Getty ImagesIlustrasi menua. Foto: Jose Luis Pelaez Inc/Getty Images

Hari itu, Andre duduk di kursi rotan rumah kontrakannya di pinggir kota, sambil menikmati hari tuanya. Jasnya tergantung rapi, nyaris tak tersentuh, lantaran ia sudah pensiun. Resminya, Ia memang tak miskin. Namun ia tahu dan sadari bahwa hari tuanya jauh dari apa yang dulu ia bayangkan. Uangnya habis untuk masa lalu, bukan untuk masa depan.

Ia menyesal, bukan karena tak pernah kaya. Ia menyesal karena tak pernah merasa cukup. Ia menyesal karena lupa satu hal penting. Bahwa penghasilan tinggi tanpa kesadaran finansial, sama saja dengan cara mewah untuk menuju kesulitan.

Pada akhirnya, siapa yang bisa mengelola keuangannyalah yang menang dalam hidup ini. Mereka yang bijak mengatur ritme hidupnya. Bukan mereka yang paling banyak berfoya-foya dan menghambur-hamburkan uangnya.

Sebab itu, sebelum pensiun memaksa kita untuk diam. Mari kita pelajari seni hidup yang tahu kapan kita harus merasa cukup. Karena jika tidak, kita hanya sedang bekerja keras, untuk miskin dengan cara yang lebih mahal. Iya gak?

Read Entire Article