Pedagang es menjajakan jualannya di sekitar kawasan Blok M, Jakarta Selatan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Siang hari di tengah rintik gerimis yang membasahi jalanan Blok M, Jakarta Selatan, Sinta (42) sibuk mengaduk kopi. Ia memutar sendok searah jarum jam sebelum menyorongkan gelas panas itu ke pembeli. Bau khas kopi itu pun terasa dan memanjakan hidung.
Di tengah kesibukannya, pemilik warung kecil yang sudah buka usaha selama 7 tahun itu berbagi pandangan tentang makna Hari Kemerdekaan RI yang ke-80.“Kalau buat saya, merdeka itu bisa jualan tenang tanpa takut diusir,” ujarnya kepada Republika, Selasa (12/8/2025).
Ia memandang merdeka bukan soal upacara atau slogan, tetapi rasa aman mencari nafkah setiap hari. Karena bagi pedagang kecil sepertinya, uang seperak dua perak sangatlah berharga.
Tak jauh dari Sinta, Masman (41) berdiri di bawah payung hitam berlindung dari rintik gerimis, sambil menjaga gerobak es dogernya.
“Merdeka itu kalau harga-harga bahan stabil. Kadang tiba-tiba harga bahan baku seperti kelapa naik, gula naik, tapi jualan tidak naik banyak. Pembeli tidak terlalu banyak,” katanya.
Dalam benaknya, kemerdekaan yang ideal adalah ketika pemerintah bisa menjamin kestabilan harga dan daya beli masyarakat.