Menteri Luar Negeri Sugiono menyampaikan permohonan maaf kepada Sekjen ASEAN Kao Kim Hourn dan tamu undangan yang hadir karena Presiden Prabowo Subianto berhalangan hadir dalam peringatan ASEAN Day. Sebelumnya, Prabowo sempat dijadwalkan menghadiri acara tersebut. "Pertama-tama, saya menyampaikan permohonan maaf dari Presiden Prabowo yang berhalangan hadir dalam acara ini," kata Sugiono di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Jumat (8/8). Sugiono melanjutkan, ASEAN merupakan kekuatan ekonomi terbesar kelima di dunia, dengan gabungan GDP sebesar hampir USD 4 triliun. Ia menyebut, jumlah tersebut tidak akan dicapai jika ASEAN tidak berpikir strategis dan bersatu sebagai sebuah kawasan. "Tahun ini, kita akan mulai mengimplementasikan Visi ASEAN 2045 dan kita harus memastikan bahwa visi itu tidak hanya sekadar aspirasi, melainkan harus diubah menjadi sebuah tindakan. Dan saya yakin ini adalah momen kita," ungkapnya. Sugiono mengatakan, warga ASEAN menginginkan dampak yang lebih dari sekadar rencana dan hasil yang nyata. Ia sepakat dengan pernyataan Ketua ASEAN Anwar Ibrahim bahwa ASEAN harus menghasilkan sesuatu yang lebih konkret.
"Indonesia mengapresiasi peran Malaysia sebagai Ketua ASEAN dalam memfasilitasi dialog untuk meredakan tensi. Dan Indonesia juga menawarkan bantuan jika keterlibatan kami diperlukan. Menurut saya ini adalah tradisi, adalah cara kita, cara ASEAN dalam melakukan langkah konsultatif yang berlandaskan rasa saling menghormati," tegasnya. Lebih lanjut, Sugiono mengajak ASEAN untuk kembali mengingat visi Adam Malik bahwa ASEAN harus berdiri kokoh di atas kakinya sendiri dan bebas dari campur tangan eksternal. Menurutnya, visi Adam Malik semakin relevan saat ini. "Kita menghadapi persaingan yang semakin ketat, fragmentasi ekonomi global, dam melemahnya hukum internasional. Untuk menghadapi itu, kita harus memperkuat tekad kita agar ASEAN tetap netral dan kredibel alih-alih dipinggirkan dan dipecah belah," ujarnya. "Kekuatan kita ada pada independensi dan kredibilitas kita sebagai aktor yang netral, inklusif, dan konsisten di kawasan. Dan itu berarti menjaga netralitas ASEAN bukan hanya sekadar slogan, tapi sebagai prinsip operasional kita. Kita harus menjadi penyelenggara, membangun jembatan, platform yang dipercaya untuk dialog dan kerja sama, dan ASEAN Outlook tentang Indo Pasifik tetap menjadi kompas penuntun kita," pungkasnya.