Pernah merasa pasanganmu terlalu menuntut perhatian, atau justru terlalu menjaga jarak? Atau mungkin kamu tipe yang nyaman-nyaman saja dengan kedekatan dan keintiman? Ternyata, pola ini bukan kebetulan, melainkan bagian dari attachment style atau cara kita membangun kedekatan emosional yang terbentuk sejak kecil dan terbawa hingga dewasa, Ladies.
Menurut Dr. Tara Suwinyattichaiporn, PhD, relationship coach sekaligus profesor komunikasi hubungan di California State University Fullerton, attachment style memengaruhi banyak hal dalam hubungan: mulai dari cara kita menyelesaikan konflik, mengekspresikan cinta, hingga membangun keintiman. Kalau tidak disadari, pola ini bisa memicu siklus perilaku yang kurang sehat.
Kenapa Penting Mengenali Attachment Style?
Attachment style memengaruhi cara kita merespons konflik, mengekspresikan rasa sayang, dan menjaga hubungan tetap sehat. Tipe secure cenderung memiliki hubungan lebih stabil, sementara tipe lain mungkin menghadapi tantangan seperti takut penolakan, menarik diri secara emosional, atau sulit menetapkan batasan.
Berita baiknya, attachment style tidak permanen. Dengan bantuan terapi, kesadaran diri, dan pengalaman hubungan yang sehat, siapa pun bisa bergerak dari pola yang tidak aman menjadi lebih secure.
Kalau kamu ingin hubungan yang lebih harmonis, mulailah dengan mengenali pola dirimu dan pasangan. Ingat, ini bukan vonis seumur hidup, tapi titik awal menuju hubungan yang lebih sehat dan penuh pengertian. Nah maka dari itu, kenali dulu empat jenis attachment style berikut ini, Ladies.
Orang dengan secure attachment biasanya nyaman dengan cinta dan keintiman. Mereka percaya pada pasangan, mampu berkomunikasi terbuka, dan tidak takut ditinggalkan. Pola ini biasanya terbentuk dari masa kecil yang penuh dukungan di mana orang tua atau pengasuh konsisten hadir dan responsif terhadap kebutuhan anak.
2. Anxious (Preoccupied) Attachment
Tipe ini cenderung khawatir akan ditinggalkan dan sering merasa dirinya “tidak cukup” bagi pasangan. Mereka haus akan kepastian, tetapi bisa jadi terlalu bergantung atau clingy. Penyebabnya sering kali karena pengalaman masa kecil dengan pengasuh yang kadang hadir, kadang tidak yang membuat anak tumbuh dengan rasa tidak aman terhadap cinta dan perhatian.