Dalam Pidato Kenegaraan dan Nota Keuangan RAPBN 2026, Jumat (15/8), Prabowo mengatakan ingin mempercepat upaya transisi energi bersih Indonesia.
"Indonesia harus menjadi pelopor energi bersih dunia. Kita harus capai 100 persen pembangkitan listrik dari energi baru dan terbarukan dalam waktu 10 tahun atau lebih cepat," ujar Prabowo, dikutip Senin (18/8).
Energi terbarukan yang dimaksud Prabowo adalah pembangkit listrik tenaga matahari, air, panas bumi, dan bio energi. Oleh karenanya, pemerintah telah menyiapkan dukungan fiskal untuk ketahanan energi sebesar Rp 402,4 triliun dalam RAPBN 2026.
Adapun berdasarkan data Kementerian ESDM, total kapasitas terpasang EBT pada semester I 2025 baru 15.201 megawatt (MW) atau setara 14,5 persen dari total pembangkit nasional.
"(Kapasitas terpasang pembangkit EBT) di 2025 itu sudah sekitar 15,2 gigawatt," kata Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat konferensi pers kinerja sektor ESDM semester I 2025, Senin (11/8).
Adapun total kapasitas pembangkit secara nasional pada semester I 2025 mencapai 105 gigawatt (GW), naik sekitar 4,4 GW dari posisi akhir tahun 2024.
Selama periode tersebut, beberapa pembangkit EBT yang beroperasi yakni PLTP sebanyak 105,2 MW, PLTA 492 MW, PLTM 8,2 MW, PLTS 233,3 MW, dan PLTBm 37,8 MW.
Potensi Jumbo EBT di Indonesia
Institute for Essential Services Reform (IESR) mengapresiasi pernyataan Prabowo tersebut sebagai sinyal kuat Indonesia perlu mempercepat transisi energi. Namun, IESR mengingatkan target tersebut perlu didukung kebijakan yang konkret.
Chief Executive Officer (CEO) IESR, Fabby Tumiwa menyatakan Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, mencapai sekitar 3.800 GW. Dengan pemanfaatan yang optimal, target 100 persen energi terbarukan di sektor kelistrikan bahkan dapat tercapai pada 2040, meski tantangannya tidak kecil.
“Visi Pak Prabowo menunjukkan niat dan tekad yang besar bahwa Indonesia perlu mempercepat transisi energi. Namun, visi ini harus segera diterjemahkan ke dalam rencana teknis dan peta jalan yang jelas oleh para menteri pembantu Presiden,” kata Fabby dalam keterangannya.
Fabby menambahkan, pada tahap awal, pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) perlu diperbesar. Kajian IESR menunjukkan Indonesia memiliki potensi energi surya antara 3,3 TWp hingga 20 TWp, tersebar dari Sabang hingga Merauke.
Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk menyediakan listrik andal bagi 5.500 desa yang belum memiliki akses listrik memadai, mengoptimalkan potensi 655 ...