Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengajak umat Islam untuk mengoptimalkan seluruh potensi keuangan yang ada. Termasuk dari dana luqathah atau harta temuan yang mengendap di bank.
Ia menyebut, jika seluruh pundi-pundi keumatan dikelola dengan serius, kemiskinan bisa ditanggulangi secara signifikan.
“Menarik luqathah ini kalau (pada zaman) Ibnu Umar (Bin Khattab), lima tahun tanah itu tidak tergarap maka itu jatuh ke Baitul Mal. Konon ada sekitar Rp 20 triliun uang mengendap di bank pemerintahan swasta, enggak tahu siapa pemiliknya, mungkin karena dia enggak ingin beritahu kepada istrinya atau siapa pun, (kemudian) meninggal,” kata Nasaruddin dalam pembukaan Rakernas Badan Wakaf Indonesia (BWI) di Pullman Hotel, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (5/8).
“Ya pihak bank juga enggak ingin proaktif mencari siapa pemiliknya, kan itu kan dana murah dan jumlahnya totalitasnya seperti itu. Kalau dalam fikih Islam, itu termasuk luqathah,” jelasnya.
Ia menjelaskan, potensi zakat, wakaf, dan berbagai pundi-pundi keumatan lainnya sangat besar jika dikelola dengan sistematis.
“Saya pernah berimajinasi. Kalau ini semua kita kumpulkan, maka kita bisa kumpulkan paling sedikit Rp 500 triliun per tahun,” ujarnya.
Nasaruddin menyebut, bila zakat dikumpulkan dari tabungan dan deposito umat Islam di bank, semestinya bisa mencapai Rp 320 triliun. Namun, realisasinya saat ini baru sekitar Rp 41 triliun.
“Bandingkan ekspektasinya, mestinya seharusnya Rp 320 triliun tapi yang terkumpul hanya Rp 41 triliun,” ucap Nasaruddin.
Sementara itu, potensi wakaf tunai juga dinilai sangat menjanjikan. Ia mencontohkan sistem di Kuwait yang menggandeng penyedia layanan telekomunikasi untuk menyalurkan wakaf secara otomatis melalui pembayaran provider bulanan.
“Jadi siapa orang yang memiliki handphone (di Kuwait) per bulan itu ditambahkan 10 persen. Kerja sama dengan provider di sana, 10 persen itu adalah wakaf tunainya. Jadi enggak usah bayar parkir untuk pergi ke bank, enggak usah pakai transaksi macam-macam,” jelasnya.
Model serupa, kata dia, bisa diterapkan di Indonesia dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk PLN atau perbankan syariah.
“Bayar listrik kita di PLN di bank, 10 persen itu adalah wakaf. Wakaf tunai, wakaf produktif. Itu ternyata kumpulannya sangat luar biasa,” tambahnya.
Lebih lanjut, Nasaruddin menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto sempat menyambut positif gagasan pengumpulan pundi-pundi umat. Termasuk penggunaan dana luqathah untuk membantu warga miskin.
“Saya sampaikan hari ini kepada Bapak Presiden. Pada waktu penyerahan zakat beliau pada tanggal 27 Ramadhan yang baru lalu. Dalam kesempatan saya bercerita tentang hal seperti ini, kalau pundi-pundi umat ini dikumpulkan, kecil nilainya Rp 20 triliun untuk membiayai 20 juta orang miskin mutlak."
"Separuhnya Baznas sudah bisa menanggulangi kemiskinan. Apalagi kalau pundi-pundi ini dikumpul,” ungkapnya.