Di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, goresan tangan Henk Ngantung terpampang rapi. Karya itu membuka kembali lembaran sejarah bangsa.
Pameran ini resmi dibuka oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha. Tujuannya untuk menampilkan karya sang seniman legendaris sekaligus mantan Gubernur DKI Jakarta periode 1964-1965 itu dalam rangka memperingati HUT ke-80 RI.
Fadli Zon menekankan, karya Henk Ngantung tidak hanya bernilai seni, tetapi juga menjadi bagian penting sejarah bangsa. Ia menjelaskan peran Henk dalam pembangunan monumen di Jakarta.
“Pada sore hari ini kita membuka satu pameran seni dan diplomasi karya-karya dari seorang perupa Indonesia yang juga pernah menjadi Gubernur DKI Jakarta tahun 1964-1965, sebelumnya Wakil Gubernur tahun 1960-1964, yaitu Henk Ngantung,” ujar Fadli usai meresmikan pameran, Sabtu (16/8).
“Henk Ngantung ini juga membuat monumen-monumen waktu itu bersama atas instruksi dari Presiden Sukarno sehingga kita ada monumen-monumen yang kita lihat sekarang di Jakarta, antara lain Monumen Selamat Datang,” lanjutnya.
Selain itu, Fadli menjelaskan karya Henk Ngantung juga menjadi saksi sejarah perundingan penting bangsa. Sketsa-sketsa yang dibuatnya menangkap ekspresi tokoh-tokoh seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir saat Perundingan Linggarjati, Renville, dan Kaliurang.
“Jadi kita memperkenalkan seorang perupa yang terutama terkenal karena sketsa-sketsanya. Sketsa-sketsa Henk Ngantung yang dilakukan itu langsung di depan orang yang bersangkutan,” jelas Fadli.
“Selain merekam peristiwa, juga ekspresi-ekspresi dari tokoh-tokoh bangsa Indonesia ketika itu Sukarno, Hatta, Sjahrir, masih banyak lagi tokoh-tokoh yang disketsa dan juga peristiwa dan bagaimana mereka berunding,” tambahnya.
Putri dari Henk Ngantung, Geni Ngantung, menjelaskan pameran ini menampilkan karya asli maupun reproduksi, tergantung koleksi yang ada. Beberapa lukisan dan sketsa kini berada di museum atau kolektor pribadi.
“Seperti itulah sketsa maupun lukisan, tapi mungkin yang sudah direpro (direproduksi) ya, karena sudah lama kan kejadiannya itu, dan lukisan dan sketsanya sudah banyak yang berada di kolektor. Jadi ini bisa dilihat tadi, koleksi sketsa mengenai perjuangan melalui goresan sketsa Pak Henk Ngantung,” ujarnya.
Ia menambahkan karya yang dipamerkan dipilih sesuai tema kemerdekaan, sehingga tidak semua karya ditampilkan.
“Ya, mungkin sesuai dengan temanya mereka, jadi dipilih yang berkaitan dengan proklamasi merebut kemerdekaan,” tutur Geni.
Geni menceritakan salah satu kisah menarik terkait lukisan berjudul "Pemanah" adalah keterlibatan Presiden Sukarno saat proses pembuatannya.
“Gambar itu sebenarnya belum selesai waktu dipamerkan. Lalu dibawa pulang kembali oleh Bapak saya ke studionya. Dan kebetulan Pak Henk itu berteman baik dengan Pak Sukarno saat itu. Dan Pak Sukarno waktu itu sedang bermain berkunjung ke studionya. Beliau melihat lukisan tersebut dan ingin membeli. Tapi ayah saya bilang, katanya itu belum jadi. Belum terlalu jadi karena di tangannya itu mungkin masih ada kekurangan,” ujar Geni memulai ceritanya.