REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengelolaan dokumen menjadi tantangan di setiap profesi pada era digital. Freelancer yang bekerja dari tempat umum, karyawan kantoran dengan meja penuh berkas, hingga profesional muda yang harus terus berpindah dari satu dokumen ke dokumen lainnya.
Niki Luhur, Founder & Group CEO VIDA, perusahaan yang bergerak di bidang layanan identitas digital, menjelaskan, mereka harus menjawab bagaimana mengelola dokumen dengan aman dan tetap terlindungi. Menurut Niki, di tengah mobilitas dan tuntutan efisiensi, banyak orang akhirnya memilih cara tercepat, yakni menyimpan dokumen sensitif seperti dokumen kantor, perjanjian kerja sama, hingga KTP langsung di galeri ponsel.
"Galeri ponsel bukanlah ruang yang aman. Tanpa perlindungan yang memadai, dokumen pribadi sangat rentan dibobol oleh malware, dicuri, dan disalahgunakan oleh pelaku kejahatan digital untuk pencurian identitas atau pengambilalihan akun (accounttakeover),"ujar dia melalui keterangan tertulis, Kamis (14/8/2025).
Niki menjelaskan, celah risiko tersebut tak terbatas di ranah digital. Dalam keseharian, tantangan juga hadir dalam bentuk fisik. Dokumen kertas bisa hilang, rusak, atau tercecer tanpa jejak. Sementara itu, proses manual seperti mencetak, memindai, menyalin, hingga menandatangani dokumen sering kali menyita waktu dan membuka ruang ancaman, terlebih jika dilakukan melalui perangkat publik seperti mesin fotokopi atau pemindai ditempat umum.
Niki pun mengajak masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya menjaga dokumen pribadi agar terhindar dari potensi penyalahgunaan, pencurian identitas, maupun kebocoran data yang bisa merugikan.