REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelaran Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LIKE IT) 2025 kembali digelar oleh Bank Indonesia berkolaborasi dengan anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) lainnya dan Kwarnas Pramuka. BI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengedukasi anak-anak Pramuka sekaligus disabilitas untuk lebih melek keuangan dan bijak dalam mengelola uang. Hal itu bertepatan dengan Hari Pramuka yang diperingati tiap 14 Agustus.
Momen LIKE IT 2025 tersebut diikuti oleh ratusan peserta yang merupakan pelajar dari tingkat pramuka siaga hingga pramuka penegak atau SD hingga SMA. Para pimpinan KSSK menyampaikan pembelajaran dan ilmu yang komprehensif seputar menabung dan investasi.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam momen tersebut menyampaikan secara historis mengenai sejarah uang dan lahirnya rupiah sebagai mata uang negara Indonesia. Ia memberikan penjelasan soal perencanaan uang, percetakan uang, hingga peredaran uang.
Ia menyebut, dalam tahap perencanaan, BI yang melakukan perencanaannya, berupa jumlah lembar atau unit uang yang hendak dicetak. Lalu, uang dicetak melalui satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bernama Peruri. Lantas, uang pun akhirnya diedarkan ke masyarakat luas untuk digunakan sebagai alat transaksi.
“Setiap negara itu pasti punya mata uang, punya sebutan untuk mata uangnya, dan punya ciri khas untuk mata uangnya. Salah satunya biasa yang dipakai oleh negara-negara adalah gambar pahlawan, atau gambar presiden sebelumnya seperti di Amerika, atau gambar kaisarnya kalau di Jepang. Kemudian gambar pemandangan. Karena uang itu juga bisa mencerminkan karakter negara,” ujar Destry saat menyampaikan materi di acara LIKE IT 2025 yang digelar di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata (Buperta) Pramuka, Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (14/8/2025).
Destry kemudian mengajak para peserta untuk lebih memahami dan menjaga uang yang dimiliki. Serta memiliki rasa cinta padanya dengan memanfaatkan secara bijak.
“Di BI kita punya program, namanya ‘Cinta, Bangga, Paham Rupiah’. Uang itu jangan diremas, jangan dicoret-coret, jangan distapler, dan jangan dibasahi. Kalau di Jepang, mereka merawat uang dengan baik dan kelihatan bersih-bersih, kenapa? Karena di uang itu ada gambar kaisarnya. Mereka bangga dan menghormati kaisar dengan cara menjaga uangnya supaya tidak koyak,” jelasnya.
Destry melanjutkan, mata uang rupiah sendiri juga berisi potret-potret para pahlawan dari seluruh pelosok di Indonesia, khususnya uang kertas. Ia menekankan agar para pelajar memiliki kebanggaan dari hadirnya uang-uang tersebut.
Destry menyebut rupiah baru berlaku di Indonesia pada 2 November 1949, beberapa tahun setelah Indonesia merdeka pada 1945. Sebelum lahirnya rupiah, masyarakat Indonesia masih menggunakan mata uang Jepang dan Belanja yang merupakan penjajah Indonesia pada masa itu.
“Kalian harus ada kebanggaan karena enggak semua negara punya mata uang sendiri,” terangnya.
Destry melanjutkan mengenai poin ‘Paham Rupiah’, ia menekankan agar para pelajar bisa memahami nilai dari uang yang mereka miliki. Sehingga uang tersebut tidak digunakan secara semena-mena atau dihambur-hamburkan.
“Kita perlu tahu bagaimana menggunakan rupiah, jadi jangan kita beli yang enggak dibutuhkan. Kita paham bahwa ini ada nilainya loh uangnya. Kita tabung sebagian. Kita belanjakan seperlunya,” ujar dia.
“Anak-anak muda adalah generasi penerus. Bangsa ini milik kalian karena itu adalah masa depan kalian. Uang rupiah itu akan tetap mempunyai kedaulatan kalau dijaga sama kalian. Jadi mulai sekarang, saya menyarankan mari cintai, mari bangga pada rupiah, dan kita paham bagaimana memanfaatkan rupiah tersebut,” tegasnya.