Ekonomi Indonesia tumbuh solid pada kuartal II 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,12 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih tinggi dari capaian kuartal II tahun lalu sebesar 5,05 persen. Dibandingkan kuartal sebelumnya, ekonomi juga tumbuh 4,04 persen secara kuartalan (quarter to quarter/qtq), menguat seiring pola musiman.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud menyampaikan, produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada kuartal II 2025 tercatat sebesar Rp 5.947 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.396,3 triliun. Pertumbuhan ekonomi yang stabil ini menunjukkan masih kuatnya pondasi ekonomi Indonesia, terutama dari sisi konsumsi dan investasi.
“Ekonomi Indonesia pada triwulan II 2025 bila dibandingkan dengan triwulan II tahun 2024 atau secara year-on-year tumbuh sebesar 5,12 persen. Bila dibandingkan dengan triwulan 1 2025 atau secara qtq tumbuh sebesar 4,04 persen,” ujar Edy dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Selasa (5/8).
Dari sisi lapangan usaha, seluruh sektor mencatatkan pertumbuhan positif. Jasa lainnya menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi, yakni 11,31 persen. Lompatan ini dipicu oleh tingginya mobilitas masyarakat selama libur Hari Besar Keagamaan Nasional, cuti bersama, dan liburan sekolah, yang turut mendorong kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara.
Sektor transportasi dan pergudangan serta jasa perusahaan juga menunjukkan performa kuat, masing-masing tumbuh 8,52 persen dan 9,31 persen. Industri pengolahan tetap menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi 1,13 persen terhadap PDB. Disusul perdagangan 0,70 persen, informasi dan komunikasi 0,53 persen, serta konstruksi 0,47 persen.
Subsektor industri makanan dan minuman tumbuh 6,15 persen, ditopang permintaan domestik dan ekspor untuk produk seperti CPO, minyak goreng, dan makanan olahan. Industri logam dasar melonjak 14,91 persen karena permintaan luar negeri terhadap produk besi dan baja. Industri kimia dan farmasi pun tumbuh 9,39 persen, mencerminkan kebutuhan tinggi akan produk kesehatan baik di dalam maupun luar negeri.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tetap menjadi tulang punggung ekonomi dengan kontribusi 54,25 persen terhadap PDB. Konsumsi masyarakat tumbuh 4,97 persen, didorong peningkatan belanja kebutuhan primer serta mobilitas masyarakat yang tinggi selama masa libur panjang.
“Kebutuhan bahan makanan dan makanan jadi meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur Hari Besar Keagamaan Nasional dan juga Hari Libur Sekolah,” ungkap Edy.
Selain konsumsi, investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) berkontribusi sebesar 27,83 persen terhadap PDB dan tumbuh signifikan. Belanja modal pemerintah naik 30,37 persen yoy, didorong pengadaan mesin dan peralatan. Impor barang modal juga meningkat 28,16 persen, mencerminkan geliat investasi swasta dan belanja infrastruktur.
Ekspor dan impor sama-sama tumbuh, terutama ekspor non-migas seperti lemak hewani/nabati, logam, mesin, dan kendaraan. Ekspor jasa meningkat berkat kunjungan wisatawan mancanegara. Sementara impor naik karena lonjakan barang modal dan bahan baku.