Komisi X soal Penambahan Rombel di Sekolah: Ini Pemerintah Daerah Nabrak, Brutal

1 month ago 4
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Rapat Kerja Komisi X DPR RI bersama Mendikdasmen, Abdul Mu'ti di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Rabu (16/7/2025). Foto: Abid Raihan/kumparanRapat Kerja Komisi X DPR RI bersama Mendikdasmen, Abdul Mu'ti di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Rabu (16/7/2025). Foto: Abid Raihan/kumparan

Komisi X DPR RI menyorot soal penambahan rombongan belajar (Rombel) yang terjadi di sekolah-sekolah di sejumlah daerah, salah satunya Jawa Barat. Menurut mereka, hal ini bisa merugikan sekolah swasta dan merupakan bentuk pelanggaran kewenangan oleh kepala daerah.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengeluarkan Kepgub soal penambahan jumlah siswa dalam satu kelas. Kini, satu kelas bisa diisi 50 siswa.

Dalam rapat kerja Komisi X DPR RI bersama Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, Wakil Ketua Komisi X, Lalu Hadrian menyebut kebijakan ini harus dievaluasi.

“Jangan sampai kebijakan-kebijakan jangka pendek ini merugikan sekolah-sekolah swasta kita hari ini,” ucap dia di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat pada Rabu (16/7).

“Dan ingat bahwa sekolah swasta ini adalah pejuang pendidikan Pak Menteri. Muhammadiyah, NU, memiliki banyak sekolah swasta dan hari ini sekolah-sekolah swasta kita akibat kebijakan tersebut, kurang siswa,” tambahnya.

Menurut Lalu, pemerintah pusat harus langsung turun tangan untuk menyelesaikan masalah penambahan siswa dalam satu kelas ini.

“Nah, ini harus ada solusi Pak Menteri, jangan sampai Gubernur kita gara-gara pengin viral misalnya, membuat kebijakan kontroversial, membuat kebijakan jangka pendek,” ucap dia.

“Kalau kebijakan-kebijakan jangka pendek ini terus dilakukan, maka tentu kesinambungan program pendidikan kita tidak akan tercapai menurut saya,” tambahnya.

Selain Lalu, Anggota Komisi X, Dadi Wahidi, juga menyorot kebijakan Dedi Mulyadi itu. Menurutnya, keputusan menambah Rombel ini sudah menabrak kewenangan.

“Tadi Pak Menteri menjelaskan soal kewenangan, TK, SD, SMP kewenangan bupati wali kota, SMA-SMK kewenangan provinsi. Tapi kalo jumlah Rombel tiap kelas kan kewenangan pusat,” ucap dia.

“Ada pemerintah daerah yang nabrak-nabrak Pak Menteri. Bukan saja Rombel jadi sekian besar, tapi juga masih ditambah Rombel baru. Lab dikosongkan, perpus dikosongkan. Ini kan sudah brutal,” tambahnya.

Mu’ti pun menanggapi soal sorotan ini. Menurutnya, hal itu akan masuk dalam evaluasi SPMB. Tanggapan dia pun akan disampaikan ke Komisi X secara tertulis.

“Nanti kami sampaikan laporannya secara tertulis saja karena ada banyak hal yang mungkin penyampaiannya lebih tepat secara tertulis karena rapat ini bersifat terbuka,” ucapnya.

“Sekarang memang kami dalam proses mengevaluasi secara nasional, mudah-mudahan nanti bisa kami sampaikan hasilnya secara lengkap kepada bapak ibu anggota dewan ketika proses SPMB sudah seluruhnya selesai,” tandasnya.

Sebelumnya, Dedi Mulyadi mengatakan, setiap orang memiliki hak untuk mengajukan gugatan lantaran keberatan atas sebuah kebijakan. Selain itu, keputusannya untuk menambah jumlah murid dalam kelas bertujuan memperbaiki layanan pendidikan.

“Ya, yang pertama adalah menggugat hak setiap orang terhadap sebuah keputusan. tetapi seorang kepala daerah keputusannya harus bertujuan untuk memberikan layanan yang terbaik bagi rakyatnya. Bahwa keputusan gubernur itu bagian dari strategi agar rakyat Jawa Barat bisa bersekolah dengan baik,” kata Dedi itu kepada wartawan di Hotel Putri Duyung Ancol, Jakarta Utara, Kamis (10/9).

“Gubernur akan menjadi berdosa dalam hidupnya kalau ternyata pada tahun ini banyak rakyat yang rumahnya dekat dengan sekolahnya, kemudian pada akhirnya tidak diterima oleh sekolah, sekolahnya jauh akhirnya dia berhenti karena tidak punya ongkos,” ujar Dedi.

Read Entire Article