
Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Utut Adianto, bicara mengenai konsep peperangan modern seperti yang terjadi antara Israel dan Iran. Dalam peran modern kekuatan utama tidak lagi bertumpu pada infanteri dan kavaleri, melainkan pada dominasi di udara.
“Kalau dahulu kan kavaleri tembak dulu infanterinya masuk, nah sekarang kelihatannya kalau diikutin aja di media-media itu kayak film Star Wars, tembak tu tu tu, tapi begitu jatuh, orang udah merongrong meratapi kematian,” kata Utut saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin (16/6).
Untuk itu menurutnya, pemerintah harus bersiap memiliki pertahanan udara yang mumpuni. Sebab dalam perang dunia saat ini, perang udara lah yang menjadi kunci.
“Mudah-mudahan kita siap untuk berperang, tapi negara kita jangan sampai berperang, tapi kalau itu tidak bisa dielakkan kita harus siap, itu sebabnya TNI kita juga harus kuat, bagaimana sekarang kita berhitung TNI kita yang kuat, ini agak di luar konteks, ternyata perang udara lah penentunya sekarang,” tuturnya.
Utut juga menekankan, meski perang terlihat canggih, biaya operasionalnya sangat besar dan bisa berdampak luas, tidak hanya bagi negara yang terlibat langsung.
“Kalau diprediksinya sih perang nggak sampai tujuh hari karena nembak misil seratus tuh satu misil berapa juta dolar itu,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia pun menyoroti kelemahan struktural dalam pengelolaan anggaran negara. Ia menekankan pentingnya kesiapan fiskal untuk merespons situasi darurat seperti perang yang tidak bisa diprediksi saat penyusunan anggaran.
“APBN kita selama ini hanya mengerti untuk belanja. APBN kita tidak ada konsep menabung,” kata Utut.
“Waktu digodok tanggal 19 September 2024 kan tidak tahu bakal ada perang seperti ini. Nah ini ke depan kita harus ada konsep juga untuk menabung untuk hal-hal yang urgent seperti ini. Ini ke depan untuk Ibu Sri Mulyani,” tutupnya.