
Pagi itu, Rabu (23/7), di Halaman Istana Merdeka, Jakarta, langit tampak cerah seolah turut memberi restu pada perjalanan panjang seorang anak muda asal Indonesia yang kini berdiri gagah mengenakan seragam kepolisian lengkap.
Namanya Muh. Malik Aditya Kurniawan, seorang taruna lulusan Akademi Kepolisian yang berhasil meraih penghargaan tertinggi Adhi Makayasa tahun 2025.
Siapa sangka, di balik pencapaian gemilang itu, tersimpan cerita perjuangan dan semangat pantang menyerah yang nyaris tenggelam oleh kegagalan.
"Baik yang pertama tentunya saya lulus di tahun 2020. Kemudian pada tahun 2020 saya mendaftar di Akademi Militer hingga sampai tes pusat namun di situ karena bukan rezeki saya, saya gagal. Dan kemudian di tahun selanjutnya saya mendaftar di Akademi Kepolisian mengikuti jejak kakek saya sebagai seorang polisi," ujar Malik, mengenang titik balik yang membawanya ke jalur pengabdian lewat korps Bhayangkara.

Empat tahun menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian bukanlah hal mudah. Malik mengaku banyak suka duka yang dilalui selama masa itu. Namun, dengan dukungan dari berbagai pihak, ia mampu melewati semua tantangan dengan kepala tegak.
"Mungkin dalam perjalanan saya menjalani kehidupan di Akademi Kepolisian selama 4 tahun banyak suka dan duka. Namun semua tersebut dapat lewat karena saya memiliki support dan dukungan yang luar biasa baik itu dari pimpinan-pimpinan di Akademi Kepolisian itu sendiri, pengasuh kedua orang tua saya dan keluarga saya dan tentunya rekan-rekan saya seangkatan maupun senior dan junior," katanya.
Beruntung, Malik tidak pernah terbebani oleh persoalan ekonomi selama menjalani pendidikan. Menurutnya, negara telah memberikan segalanya untuk para taruna.
"Alhamdulillah untuk kami di sekolah kedinasan semuanya gratis dari negara. Sehingga untuk dari segi ekonomi tidak ada kendala karena semuanya baik itu mulai dari pakaian dari atas hingga bawah semuanya merupakan pembagian dari negara," ucapnya.
Kini, setelah mengucap sumpah di hadapan Presiden dan rakyat Indonesia, Malik merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi nyata terhadap bangsa dan negara. Ia menyadari tantangan di era modern menuntut kesiapan dan ketangguhan mental dari para perwira.
"Tentunya kita melihat dinamika saat ini bahwa banyaknya permasalahan baik itu di Global maupun secara regional di Indonesia sendiri. Dan ini tantangan bagi kami sebagai perwira menghadapi zaman 4.0," tuturnya.


Dalam kesempatan yang sama, nama lain; Axel Fahreza Adiatama juga menerima penghargaan Adhi Makayasa.
Pemuda asal Solo itu tak hanya berdiri sebagai perwira muda TNI AU, tetapi sebagai simbol dari perjuangan, cita-cita, dan pengabdian seorang anak bangsa.
"Perasaan kami menjadi Adhi Makayasa 2025 adalah bangga sekaligus juga terharu karena sekian lama kami melaksanakan pendidikan di akademi angkatan udara selama 3 tahun kami dapat berhasil menempuh dengan baik, dapat melaksanakan dengan tuntas selesai," tutur Axel dengan suara tenang namun penuh emosi.
Menjadi penerima Adhi Makayasa bukan hanya tentang akademik dan prestasi, tapi tentang tanggung jawab besar yang kini berada di pundaknya. Ketika ditanya soal komitmen ke depan sebagai seorang perwira muda, Axel menjawab tegas.
"Seperti yang sudah dilaksanakan sumpah tadi oleh Bapak Presiden Prabowo Subianto, Bapak Presiden RI, kami akan menyerahkan segenap jiwa raga kami untuk kepentingan bangsa dan negara. Terutama kami akan berbakti mengabdi dan mementingkan kepentingan rakyat," ucap dia.