
SEBUAH struktur besar di Pluto yang sebelumnya diduga sebagai kawah tumbukan, kini diperkirakan merupakan kaldera dari supervulkan cryo yang meletus dalam beberapa juta tahun terakhir. Temuan ini membuka babak baru dalam pemahaman kita tentang aktivitas geologi di planet kerdil tersebut.
Penemuan ini disampaikan Al Emran, ilmuwan planet dari Jet Propulsion Laboratory (JPL), dalam konferensi ilmiah bertajuk Progress in Understanding the Pluto System di Maryland, AS, Juli lalu.
“Kami menilai kemungkinan struktur ini sebagai kaldera vulkanik es (cryovolcanic caldera), bukan hasil tumbukan meteorit,” kata Emran. “Kemungkinan bentuknya lebih mirip Kaldera Yellowstone di Wyoming.”
Dari Kawah Tumbukan Menjadi Supervulkan
Struktur yang dinamakan Kiladze awalnya diklasifikasikan sebagai kawah akibat hantaman benda luar angkasa. Bentuk ovalnya dan kedalaman sekitar 3 kilometer memang menyerupai kawah. Namun ada yang janggal: kedalamannya melebihi kawah lain dengan ukuran serupa.
Secara umum, kedalaman kawah di tata surya memiliki rasio tertentu terhadap diameternya. Dengan diameter sekitar 4 km, Kiladze seharusnya hanya sedalam 2,7 km atau bahkan lebih dangkal karena permukaan Pluto yang aktif diperkirakan akan mengisi cekungan tersebut dari waktu ke waktu.
Namun kenyataannya, Kiladze lebih dalam dari yang semestinya. Inilah yang memunculkan dugaan bahwa struktur ini adalah kaldera, cekungan besar akibat letusan gunung berapi yang kemudian runtuh.
Letusan Dahsyat di Dunia Es
Jika benar, Kiladze bisa jadi merupakan supervulkan cryo, sejenis gunung berapi yang menyemburkan es dan senyawa kimia beku alih-alih lava panas. Tim peneliti memperkirakan letusannya bisa melemparkan hingga 1.000 kilometer kubik cryomagma (campuran air dan amonia beku) ke permukaan.
Letusan tersebut kemungkinan terjadi dalam satu peristiwa besar, atau beberapa kali secara bertahap. Yang jelas, material vulkaniknya tersebar hingga lebih dari 100 kilometer dari pusat kaldera. Hal itu pun diperkirakan merupakan estimasi konservatif karena batas resolusi wahana New Horizons tidak mampu mendeteksi partikel lebih kecil.
“Satu atau lebih letusan eksplosif yang menyebabkan kolapsnya kaldera ini kemungkinan besar menyebarkan cryomagma ke area yang sangat luas,” tulis para peneliti dalam jurnal The Planetary Science Journal.
Jejak Amonia: Petunjuk Usia dan Mekanisme
Kiladze terletak di sebelah utara Sputnik Planitia, wilayah es berbentuk hati yang ikonik di Pluto. Menariknya, di sekitar Kiladze ditemukan lapisan luas es air yang mengandung senyawa amoniak misterius, sesuatu yang tidak ditemukan di area Pluto lainnya.
Amonia diyakini berperan penting dalam aktivitas cryovolkanik Pluto. Senyawa ini dapat menurunkan titik beku air, memungkinkan campuran tetap cair lebih lama di bawah permukaan Pluto yang sangat dingin. Tekanan geologi kemudian mendorong campuran ini ke permukaan, menghasilkan letusan es.
Keberadaan amonia juga membantu menentukan usia letusan. Amonia murni mudah dihancurkan oleh radiasi matahari dan kosmik. Maka dari itu, jejaknya yang masih terdeteksi menunjukkan letusan Kiladze terjadi relatif baru, paling tidak dalam 3 juta tahun terakhir.
“Jika Kiladze meletus 3 juta tahun lalu, itu berarti interior Pluto mungkin masih menyimpan panas sisa hingga sekarang,” jelas Emran.
Pluto Tidak Sepenuhnya Beku?
Permukaan Pluto diselimuti kabut tipis akibat gas metana yang mengembun dan jatuh kembali dalam bentuk partikel. Lapisan kabut ini biasanya menutupi fitur geologi seperti es air.
Namun, di sekitar Kiladze, es air justru terlihat jelas. Ini mengindikasikan lapisan kabut belum sempat menutupinya seluruhnya, proses yang memerlukan waktu sekitar 3 juta tahun. Ini makin memperkuat dugaan bahwa letusan terjadi pada era geologi yang sangat muda. (Space/Z-2)