KEPALA Badan Perbatasan Nusa Tenggara Timur (NTT) Maksi Nenabu mengatakan, penembakan terhadap warga Indonesia di Desa Inbate, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT, terjadi karena aparat Timor Leste ditengarai memaksakan pemasangan patok batas negara. Pemasangan tersebit dinilai telah bergeser masuk ke kebun masyarakat.
“Letak pilar yang mau dipasang itu sudah jauh masuk dari bekas pilar semula, yakni pilar 36. Di situlah batas wilayah NTT dan Timor Leste. Padahal sudah ada kesepakatan masalah ini untuk di-pending (ditunda) sampai ada arahan dari pemerintah pusat,” kata Maksi saat dihubungi, Selasa, 26 Agustus 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Hasil delineasi sebelumnya, kata Maksi, menunjukkan sekitar 12,6 hektare lahan kebun milik warga Inbate masuk ke wilayah Timor Leste. Karena itu, pemerintah daerah bersama Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) telah sepakat menunda pemasangan patok di titik pilar batas 36.
Maksi menjelaskan, rapat koordinasi terakhir antara otoritas Indonesia dan Timor Leste berlangsung pada 20 Agustus 2025. Dalam pertemuan itu, Indonesia menegaskan, pemasangan patok di wilayah Inbate ditunda. “Tapi, mereka tetap melanjutkan masuk ke wilayah desa pada 25 Agustus untuk memasang tapal batas,” kata dia.
Warga setempat menolak pemasangan patok tersebut hingga kemudian terjadi bentrok. Dalam bentrokan tersebut, warga bernama Paulus Kaet Oki tertembak aparat Unidade da Patrulhamento de Fronteiras (UPF) Timor Leste. Paulus mengalami luka dan langsung dibawa ke puskesmas lalu dirujuk ke rumah sakit.
Lokasi insiden penembakan terjadi di desa Inbate. Kawasan ini berbatasan dengan Oecusse, wilayah kantung atau eksclave dari Timor Leste. Oecusse berada di dalam Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kawasan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Timor Tengah Utara, dan diapit Kabupaten Belu dan Kabupaten Kupang.
Bupati Timor Tengah Utara Yosep Falentinus Delasalle Kebo mengatakan penembakan terjadi saat masyarakat memprotes pemasangan patok perbatasan oleh pihak Timor Leste. Warga memprotes ketika aparat Timor Leste memasang patok di titik 36 yang masih dipersoalkan kedua negara.
“Masyarakat sekitar 15 kepala keluarga tidak terima lalu protes secara frontal. Saat itulah aparat Timor Leste mengeluarkan tembakan peringatan enam kali, salah satunya mengenai warga kami, bapak Paulus,” ujar Yosep saat dihubungi Tempo, Selasa, 26 Agustus 2025.
Pemerintah daerah bersama Komando Distrik Militer, Kepolisian Resor, serta Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan segera mensterilkan lokasi agar bentrokan tidak melebar. “Kami imbau masyarakat untuk menahan diri sambil menunggu arahan pemerintah pusat terkait penyelesaian batas di patok 36,” kata Yosep.