
SEORANG jurnalis mengundurkan diri secara terbuka dari kantor berita Reuters. Ia menuduh Reuters memungkinkan pembunuhan jurnalis Palestina oleh Israel di Jalur Gaza, Palestina.
Valerie Zink, seorang jurnalis foto yang bekerja di perusahaan tersebut sebagai kontraktor selama delapan tahun, mengunggah foto kartu Reuters miliknya yang terbelah dua di media sosial. Ia mengatakan bahwa kartu tersebut terlibat dalam pengkhianatan terhadap jurnalis terkait liputannya tentang perang di Gaza.
Ia merujuk pada pembunuhan jurnalis Al Jazeera Anas Al-Sharif awal bulan ini dan serangan udara dua kali yang menewaskan lima jurnalis, termasuk reporter Middle East Eye, di Rumah Sakit Nasser di Gaza pada Senin (26/8).
"Kesediaan Reuters untuk mengabadikan propaganda Israel tidak menghindarkan reporter mereka sendiri dari genosida Israel," tulis Zink. "Lima jurnalis lain, termasuk juru kamera Reuters Hossam Al-Masri, termasuk di antara 20 orang yang tewas pagi ini dalam serangan lain di rumah sakit Nasser."
Kontributor MEE Mohamed Salama dan Ahmed Abu Aziz juga termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan tersebut, yang diklaim Israel sebagai kesalahan dalam komunikasi berbahasa Inggrisnya.
Pada Senin, Reuters dan Associated Press mengirimkan surat bersama kepada para pejabat Israel yang menuntut penjelasan yang jelas atas pembunuhan para jurnalis tersebut.
"Kami sangat marah karena jurnalis independen termasuk di antara korban serangan di rumah sakit ini, lokasi yang dilindungi oleh hukum internasional. Para jurnalis ini hadir dalam kapasitas profesional mereka, melakukan pekerjaan penting sebagai saksi," bunyi surat tersebut.
Badan-badan tersebut juga mempertanyakan kesediaan militer Israel untuk menyelidiki dirinya sendiri dalam insiden semacam itu karena rekam jejaknya dan menuntut akuntabilitas yang mendesak dan transparan. Sejak Oktober 2023, Israel telah membunuh 245 jurnalis Palestina di Gaza. (MEE/I-2)