
Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan proyeksi ketersediaan beras nasional sebesar 36,98 juta ton berlaku untuk periode Januari-Desember 2025, bukan Januari-September sebagaimana sempat diberitakan.
Dengan kebutuhan beras 23,2 juta ton, surplus pada Januari-September 2025 diperkirakan mencapai 13,78 juta ton.
“(36,98 juta ton) bukan Januari-September, melainkan Januari-Desember. Tambahan berasal dari peningkatan indeks pertanaman di lahan sawah eksisting, optimalisasi lahan rawa dan non rawa, padi gogo, serta program cetak sawah rakyat,” ujar Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Yudi Sastro, Selasa (26/8).
Namun, proyeksi tersebut menuai sorotan. Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika mempertanyakan realisme angka itu. Ia menyinggung data BPS: produksi beras 2019 mencapai 31,3 juta ton, lalu turun 0,7 juta ton atau 2,24% menjadi 30,6 juta ton pada 2024.
“Kalau Januari-September 2025 sudah 36,98 juta ton, berarti empat bulan tersisa sampai Desember bisa lebih tinggi 6,38 juta ton dibanding produksi 2024. Itu luar biasa. Artinya tambahan luas panen bisa 1-1,3 juta hektare,” jelas Yeka.
Ia menduga hal itu hanya mungkin jika food estate sudah berjalan atau terjadi lonjakan produktivitas sekitar 20%. “Dengan rata-rata produktivitas BPS 5,1-5,2 ton per hektare, berarti ada kenaikan sekitar 1 ton per hektare sepanjang Januari-September,” pungkasnya. (Z-10)