Sejumlah karyawan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Taru Martani demo di DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (27/8).
Mereka menyampaikan aspirasi mulai dari potongan uang lembur hingga soal Direktur Utama PT Taru Martani yang dinilai arogan.
"Ini ketidaknyamanan di lingkungan kerja Taru Martani. Terutama arogansi direktur juga kebijakan-kebijakan yang sangat-sangat membuat tidak nyaman karyawan," kata Ketua Serikat Pekerja PT Taru Martani, Suharyanto, ditemui di lokasi.
Arogansi yang dimaksud adalah Dirut mudah marah ketika karyawan melakukan kesalahan sedikit saja.
"Ya dibentak-bentak istilah kalau sesuatu yang nggak seharusnya dibentak itu udah dibentak-bentak. Keras. Perintah apa-apa itu keras. Kata-katanya keras," jelasnya.
Lantaran hal itu, banyak karyawan memutuskan keluar. Catatan Suharyanto ada 12 orang yang memutuskan keluar.
"Banyak yang resign juga walaupun di alasan resign-nya kan nggak berani tertulis langsung dengan alasan begitu (direktur galak). Tapi kan curhat ke serikat pekerja," jelasnya.
12 karyawan ini berasal di berbagai bidang ada di produksi hingga HRD.
"Bahkan HRD yang baru, baru 2 bulan menjabat sudah minta resign," bebernya.
Suharyanto mengatakan uang lembur juga saat ini tak penuh seperti dahulu.
"Ada pemotongan sekitar 4 jam (lembur upah) dikurangi setengah jam," katanya.
"Bantuan Pak Komisaris lemburnya sudah terbayarkan," bebernya.
Para pekerja menurut Suharyanto menuntut kenyamanan dalam bekerja. Sehingga tak diliputi rasa takut.
Perwakilan massa kemudian diterima masuk oleh DPRD DIY untuk audiensi.
Setelah audiensi massa membubarkan diri. Demo berlangsung tertib.
Direktur Utama PT Taru Martani, Widayat Joko Priyanto, juga hadir dalam audiensi.
Ditemui setelah audiensi, Widayat mengatakan dirinya selalu tegas dalam memimpin.
"Saya selalu ...