Home > Kabar Friday, 22 Aug 2025, 18:46 WIB
Stunting bukan sekadar masalah gizi, tapi soal kualitas generasi penerus.

SUKABUMI--Tim Pendamping Keluarga (TPK) Kota Sukabumi menjadi garda terdepan dalam menekan kasus stunting di lapangan. Hal ini mengemuka saat Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (Dalduk KBP3A) Kota Sukabumi menggelar Evaluasi Pendampingan Keluarga Berisiko Stunting Tahun 2025 di Ruang Pertemuan Dinas Dalduk KBP3A Kota Sukabumi, Kamis (21/8/2025).
'' Peran TPK sangat penting sebagai garda terdepan dalam percepatan penurunan stunting,'' ujar Wakil Wali Kota Sukabumi, Bobby Maulana yang hadir dalam acara itu. Ia mengapresiasi capaian Kota Sukabumi yang berdasarkan data SSGI 2024 berhasil menurunkan prevalensi stunting dari tahun sebelumnya.
Capaian ini kata Bobby, tidak boleh membuat lengah. Melainkan menjadi penyemangat untuk terus memperkuat sinergi antara pemerintah, kader PKK, Posyandu, tenaga kesehatan, dan masyarakat.
“Stunting bukan sekadar masalah gizi, tapi soal kualitas generasi penerus. Tugas kita adalah memastikan anak-anak tumbuh sehat, cerdas, dan berdaya saing,” tegas Bobby. Ia menambahkan bahwa konsolidasi TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting) hingga tingkat kelurahan harus terus dimaksimalkan, dengan TP-PKK sebagai penggerak utama di lapangan.
Evaluasi yang dilakukan kali ini lanjut Bobby, diharapkan dapat memberikan gambaran nyata terkait tantangan maupun keberhasilan program. Sehingga bisa menjadi bahan perbaikan strategi ke depan. Selain menekankan isu stunting, Bobby juga mengaitkan persoalan kesehatan dengan isu lingkungan, terutama pengelolaan sampah di Kota Sukabumi.
Menurutnya, keluarga yang sehat harus hidup di lingkungan yang bersih dan tertata. Salah satu langkah yang sedang direncanakan Pemkot adalah sosialisasi Sumur Resapan Biofolik sebagai solusi inovatif dalam mengurangi dampak sampah.
Bobby mencontohkan kasus balita Raya yang mencuat beberapa waktu lalu, yang menurutnya harus dijadikan pelajaran penting dalam kepedulian sesama dan membangun kesadaran bersama tentang kebersihan lingkungan.
“Penurunan stunting, peningkatan kualitas SDM, dan kepedulian terhadap lingkungan adalah satu kesatuan. Tidak akan mungkin generasi kita tumbuh kuat di lingkungan yang kotor dan tidak sehat,” ujar Bobby. Intinya, keberhasilan Kota Sukabumi dalam menurunkan stunting dan mengelola lingkungan tidak bisa hanya ditopang oleh pemerintah.
Dibutuhkan kolaborasi aktif semua pihak, mulai dari keluarga, kader, tokoh masyarakat, hingga dunia usaha. Dengan gotong royong dan kepedulian bersama, ia optimistis Kota Sukabumi mampu mewujudkan visi besar sebagai kota yang sehat, bersih, dan berdaya saing tinggi. Riga Nurul Iman