Harimau jawa telah dinyatakan punah pada tahun 1980-an. Sementara itu, macan tutul jawa atau Panthara pardus melas menjadi kucing besar terakhir yang masih hidup di Pulau Jawa.
Keberadaan macan tutul jawa semakin terancam karena penyempitan ruang hidup di tengah maraknya alih fungsi lahan. Padahal macan tutul jawa punya peran penting dalam ekosistem hutan di Jawa, yakni sebagai puncak rantai yang menjaga keseimbangan ekosistem.
Saat ini macan tutul jawa terpaksa hidup di habitat yang terisolasi akibat fragmentasi habitat. Praktis, mereka pun rentan punah. Selain itu, macan tutul jawa juga rawan konflik dengan manusia akibat pergeseran peruntukan kawasan hutan yang merupakan habitat asli kucing besar ini.
Macan tutul jawa termasuk salah satu satwa langka prioritas nasional, dilindungi oleh UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Macan tutul jawa terdaftar ke dalam satwa terancam (endangered) IUCN dan Apendiks I CITES sehingga dilarang untuk diperdagangkan secara internasional.
Jumlah macan tutul jawa dewasa diperkirakan mencapai 350 ekor yang hidup di alam pada 2025. Mereka tersebar di 29 petak habitat yang mayoritas adalah taman nasional berukuran kecil dan terisolasi satu dengan yang lain.
Dalam rangka menyelamatkan macan tutul jawa di Gunung Muria dari kepunahan, Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN mengusulkan Taman Hutan Raya (TAHURA) sebagai habitat macan tutul jawa. TAHURA terdiri atas kawasan hutan produksi dan Hutan Lindung Gunung Muria dan berstatus sebagai hutan konservasi.
Upaya konservasi habitat macan tutul jawa mendapat dukungan dari Djarum Foundation melalui Program Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF). Tak hanya itu, Djarum Foundation juga telah melakukan beberapa upaya untuk menjaga populasi macan tutul jawa.
Pada 2019, kamera pengintai mendeteksi keberadaan 16 ekor macan tutul jawa di kawasan Gunung Muria seluas 2.000 hektar. Djarum Foundation meminta kepada para Bupati Jepara, Kudus, dan Pati untuk mendukung penetapan kawasan konservasi Gunung Muria. Selain itu, PT Djarum juga mendukung upaya pelestarian konservasi alam di Gunung Muria dengan program reboisasi.
PT Djarum bersama Yayasan SINTAS Indonesia melakukan studi populasi macan tutul pada 2022. Hasilnya, terdapat 14 ekor macan tutul jawa yang teridentifikasi kamera pemantau, 5 jantan dan 9 betina di Gunung Muria.
Dari Desember 2024 sampai Februari 2025, PT Djarum mendukung Kementerian Kehutanan dalam melaksanakan program Java-Wide Leopard Survey (JWLS). JWLS merupakan survei yang memanfaatkan teknologi 164 kamera pengintai di 80 titik strategis untuk mengetahui populasi macan tutul jawa di Pulau Jawa. Survei ini juga dilakukan dengan mengumpulkan sampel kotoran macan tutul jawa untuk mengetahui satwa mangsanya.
Hasilnya, Tim JWLS berhasil mengidentifikasi 34 ekor macan tutul jawa, 11 jantan dan 23 betina. 12 ekor di antaranya adalah macan kumbang dan sisanya adalah macan tutul.
Dalam acara Catatan Separuh Langkah JWLS pada Februari 2025 lalu, Kementerian Kehutanan memberikan apresiasi dan penghargaan kepada PT Djarum atas komitmen dalam mendukung upaya pelestarian macan tutul jawa dengan melaksanakan JWLS.