
Dalam PPG Tahun 2025, salah satu elemen krusial adalah mengenai Kesejahteraan Sekolah. Di dalam modul ini, terdapat pertanyaan yang sering muncul, yakni: Konu menyarankan pentingnya pendekatan seperti apa untuk meningkatkan school well-being?
Berdasarkan buku Maksimalkan Prestasi Akademik dengan School Wellbeing dan Self Efficacy oleh Uswatun Chasanah, M. Psi (2023:4), school well-being merupakan penilaian subjektif siswa terhadap sekolahnya dalam memuaskan kebutuhan individu.
Sekolah yang menanamkan school well-being dianggap baik. Ini disebabkan konsep tersebut mampu mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif di sekolah.
Konu Menyarankan Pentingnya Pendekatan Seperti Apa untuk Meningkatkan School Well-Being? Ini Jawabannya

Konu menyarankan pentingnya pendekatan seperti apa untuk meningkatkan school well-being? Jawabannya adalah pendekatan holistik.
Pendekatan holistik atau menyeluruh yang melibatkan siswa, pendidik, orang tua, dan bahkan masyarakat sekitar sekolah. Konu bersama Matti Rimpela menegaskan bahwa kesejahteraan di sekolah tidak dapat terwujud hanya melalui satu aspek terpisah seperti kebijakan atau sarana fisik lembaga.
Sebaliknya, diperlukan kolaborasi antar berbagai peran untuk memastikan kesejahteraan siswa dapat diwujudkan. Mengapa pendekatan holistik perlu ditekankan?
Menurut Konu, kesejahteraan sekolah terdiri dari empat komponen utama: having (kondisi fisik dan sarana), loving (hubungan sosial), being (ruang untuk pertumbuhan pribadi), dan health (kesehatan fisik dan mental).
Keempat dimensi ini saling terkait dan tidak mungkin diperbaiki hanya dengan satu kebijakan. Tanpa kerja sama antara pendidik, siswa, orang tua, dan masyarakat sekitar, usaha untuk meningkatkan kesejahteraan akan mengalami keterbatasan.
Peran Setiap Individu dalam Pendekatan Holistik di Sekolah

Berikut adalah rincian tentang peran masing-masing dalam pendekatan holistik.
1. Siswa
Lebih dari sekadar penerima kebijakan, siswa seharusnya dilibatkan secara aktif dalam penentuan aturan kelas, diskusi, serta kegiatan lain di sekolah. Ini akan menumbuhkan rasa memiliki dan keterhubungan.
2. Guru
Selain menyampaikan pelajaran, guru berfungsi sebagai pendengar, pendorong semangat, dan penyokong kesejahteraan emosional siswa. Guru bertugas menciptakan suasana kelas yang ramah dan aman secara psikologis.
3. Orang Tua
Dukungan dari orang tua bukan hanya berkaitan dengan aspek finansial, tetapi juga mencakup komunikasi rutin dengan guru, sensitivitas terhadap kondisi mental anak, serta dukungan moral di rumah.
4. Komunitas Sekolah
Staf pendidikan, petugas keamanan, hingga masyarakat sekitar perlu berkontribusi untuk menciptakan budaya sekolah yang aman, bersih, dan ramah bagi anak-anak.
Baca juga: Apakah Anda Sudah Memahami Experiential Learning dan Menerapkannya?
Itulah jawaban dari pertanyaan "Konu menyarankan pentingnya pendekatan seperti apa untuk meningkatkan school well-being". Semoga dapat menambah wawasan pembaca. (Adm)