Indonesian Joining Forces: 51,3 Persen Kekerasan Anak dengan Disabilitas Terjadi di Ruang Publik

1 hour ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekerasan terhadap anak dengan disabilitas masih tinggi. Sebanyak sembilan dari 10 orang dekat anak dengan disabilitas menyatakan pernah menyaksikan kekerasan terhadap anak dengan disabilitas. 

Dalam peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025  bertajuk 'Temu Anak Indonesia 2025: Inklusif, Penuh Makna, dan Riang Gembira' di sebuah hotel di bilangan Jakarta Pusat yang digagas oleh Indonesia Joining Forces (IJF), sebuah konsorsium beranggotakan enam organisasi yang berfokus kepada anak,  mengungkapkan hasil survei kuantitatif dan studi kualitatif oleh anggota Forum Anak IJF mengenai pengalaman kekerasan terhadap anak dengan disabilitas. Perwakilan anak juga memaparkan suara dan rekomendasi mereka terhadap Strategi Nasional Pencegahan Kekerasan terhadap Anak, baik di tingkat nasional maupun regional ASEAN.

Lebih dari 80 anak dari berbagai wilayah di Indonesia, termasuk anak dengan penyandang disabilitas dan perwakilan dari Forum Anak Indonesia, komunitas disabilitas serta sekolah luar biasa (SLB) hadir dalam acara ini. Selain anggota konsorsium, yaitu ChildFund International di Indonesia, Plan Indonesia, Save the Children Indonesia, SOS Children’s Villages, Terre des Hommes Germany yang terafiliasi dengan Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak serta Wahana Visi Indonesia, hadir juga para pemangku kepentingan dari kementerian, lembaga negara dan organisasi masyarakat sipil yang bekerja untuk pemenuhan hak anak.

“Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali komitmen bersama dalam menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan bebas dari kekerasan bagi seluruh anak. Sebagai konsorsium organisasi fokus anak, IJF terus mengedepankan dorongan dan dukungan terhadap Pemerintah terutama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam mempromosikan upaya menghentikan kekerasan pada anak,” ujar Ketua Komite IJF periode 2024-2025 dan juga Direktur Nasional Wahana Visi Indonesia, Angelina Theodora, dalam sambutannya.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa inklusif bagi IJF bukan sekadar slogan. Melalui peringatan HAN ini, IJF berupaya untuk secara nyata menghadirkan perspektif langsung dari anak-anak dengan disabilitas, serta orang-orang yang dekat dengan mereka.

Hasil kajian juga menyebutkan bahwa kekerasan dalam bentuk verbal dan psikis atau emosi adalah bentuk kekerasan yang paling banyak dialami oleh anak dengan disabilitas. Sementara, tiga dari 10 anak dengan disabilitas menyatakan pernah mengalami bahaya atau kekerasan.

Menanggapi temuan ini, Asisten Deputi Perlindungan Anak Kondisi Khusus Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak, Susanti, mengatakan bahwa setiap anak, termasuk anak penyandang disabilitas, memiliki hak untuk tumbuh optimal, berpendapat dan diperlakukan dengan adil. Kasus kekerasan terhadap anak masih menjadi fenomena gunung es sehingga menjadi pekerjaan rumah bersama untuk memastikan perlindungan mereka.

“Anak adalah sumber daya manusia yang sangat potensial yang harus kita jaga dan lindungi dari segala bentuk kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya," katanya.

Karena itu, kebijakan dan langkah nyata dari berbagai pemangku kepentingan menjadi harapan banyak orang.

“Harapan saya, sebagai anak penyandang disabilitas, ke depannya pemerintah dan para pemangku kepentingan dapat lebih cepat merespon. Kami, anak penyandang disabilitas, tiga kali lebih rentan mengalami kekerasan terhadap anak dan perempuan. Kami juga berhak dan ingin untuk bisa merasakan rasa aman,” ungkap Zakiya, anak dengan disabilitas dari Jakarta Timur.

Ajang temu anak juga menjadi wadah diseminasi hasil konsultasi anak terhadap upaya pencegahan kekerasan di tingkat ASEAN dan global, termasuk pesan yang dibawa anak Indonesia pada pertemuan Ministerial Meeting di Bogotá 2025. Hal ini mendapat respon positif dari ASEAN.

“Setelah melihat hasil survei nasional, saya semakin menyadari betapa bermanfaat dan bermaknanya masukan dari anak. Di ASEAN sendiri, kami sedang membiasakan diri untuk berkonsultasi dengan anak, mendengarkan lebih banyak suara mereka, karena kami tahu anak- anak adalah calon pemimpin bangsa dan calon pemimpin ASEAN. Oleh karena itu, mendengarkan, mengakomodasi, dan mengintegrasikan pendapat anak ke dalam dokumen rencana aksi regional untuk penghapusan kekerasan terhadap anak adalah hal yang sangat penting,” ujar Yanti Kusumawardhani, perwakilan ASEAN Commission on the Protection of the Rights of Women and Children (ACWC).

Selain sesi diskusi dan presentasi, peserta juga diajak berpartisipasi dalam berbagai booth edukatif dan permainan yang mengangkat isu hak anak, advokasi, serta pengenalan alat belajar untuk anak disabilitas netra.

Melalui kegiatan ini, IJF berharap dapat memperkuat pemahaman masyarakat tentang berbagai bentuk kekerasan terhadap anak, meningkatkan kapasitas dalam merespons kasus kekerasan secara cepat dan tepat, serta menumbuhkan komitmen kolektif untuk menciptakan Indonesia yang lebih aman dan ramah anak.

Read Entire Article