Indonesia Mengajar menggelar ajang olimpiade sains yang pertama dan bersejarah dalam bidang genomik, bertajuk Olimpiade Genomik Indonesia 2025.
Dilandasi oleh semangat untuk menghadirkan ilmu genomik yang dapat diakses semua anak bangsa, Indonesia Mengajar bekerja sama dengan Regene Academy, menggelar Olimpiade Genomik Indonesia (OGI).
OGI mengajak generasi muda untuk mengenal genetik dengan cara yang inklusif, menyenangkan, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan tagline 'Belajar, Bertumbuh, dan Bersinar'.
OGI percaya bahwa setiap anak memiliki potensi unik untuk berkembang. OGI dirancang bukan sekadar lomba sains, melainkan ruang untuk belajar, bereksperimen, dan menumbuhkan rasa ingin tahu.
OGI diikuti anak-anak SMP dan SMA dari berbagai daerah, baik sekolah unggulan di kota besar maupun sekolah di pelosok negeri yang selama ini jarang mendapat kesempatan ikut kompetisi nasional. OGI 2025 mempertemukan anak-anak hebat dari Papua, Nias Barat, Kepulauan Aru, hingga Sigi di Sulawesi Tengah.
Melalui serangkaian tahap seleksi, peserta diajak memahami konsep genomik dengan pendekatan kontekstual, seperti kesehatan, pertanian, hingga kearifan lokal.
Melalui genomik, kita dapat memahami mengapa setiap manusia memiliki keunikan masing-masing, bagaimana penyakit dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga apa yang membuat tanaman mampu beradaptasiterhadap tantangan lingkungan, seperti kekeringan.
Lebih dari sekadar teori, genomik kini menjadi fondasi bagi berbagai terobosan, mulai dari inovasi di bidang kesehatan dan pengobatan presisi, pengembangan pertanian berkelanjutan, hingga pelestarian dan pemahaman lebih dalam tentang kekayaan hayati. Peranannya semakin krusial di era modern, ketika ilmu pengetahuan menjadi kunci untuk menjawab tantangan besar umat manusia.
Namun, bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, genomik masih terasa jauh dan sulit dijangkau. Ketua Pengarah OGI, Prof Amin Soebandrio, optimis bahwa OGI bukan sekadar kompetisi, melainkan gerakan membuka akses ilmu pengetahuan.
“Ilmu genomik sering dianggap rumit dan hanya untuk para ilmuwan. Padahal, rasa ingin tahu tentang bagaimana tubuh, alam, dan kehidupan bekerja adalah milik semua orang.OGI hadir untuk menjadi ruang eksplorasi, belajar, dan terkoneksi dengan masa depan. Inilah bukti bahwa kesempatan yang setara dapat menumbuhkan harapan besar bagi masa depan sains Indonesia,” ujar Prof Amin.
Rangkaian final diadakan selama 2 hari di Universitas Indonesia (UI) mulai tanggal 22-23 Agustus 2025, dengan awarding day pada 24 Agustus 2025 di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Malam final OGI menampilkan para finalis yang terpilih dari ribuan peserta. Mereka Telah melalui tahap seleksi awal, penyisihan, hingga pembekalan materi yang dibimbing langsung oleh para ahli genomik. Pada malam puncak, para finalis menampilkan hasil pembelajaran dan kompetisinya di hadapan juri dan publik, disertai sesi penghargaan bagi para pemenang.
Selain lomba, rangkaian acara OGI juga meliputi kelas inspirasi, sesi diskusi bersama ilmuwan, dan berbagi kisah dari anak-anak daerah tentang bagaimana sains hadir dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Puncak OGI akan dihadiri oleh para pemangku kepentingan dari Kementerian Kesehatan, Kemen Dikdasmen, serta para pakar dan ilmuwan di bidang genomik.
Diharapkan dari ajang OGI akan lahir generasi peneliti, pendidik, dan inovator sains masa depan Indonesia.
“Genomik adalah masa depan teknologi di Indonesia,” tutup Prof. Amin.