REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengatakan salah satu cara penting memaknai kemerdekaan yakni membebaskan masyarakat dari kelaparan dan kemiskinan, yang saat ini masih menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia.
"Tantangan ke depan yakni bagaimana mengisi kemerdekaan dengan membebaskan masyarakat dari kelaparan," katanya dalam Doa Kebangsaan 80 tahun Indonesia Merdeka di Taman Proklamasi Jakarta Pusat, Jumat.
Karena itu, menurutnya, Presiden Prabowo Subianto telah menerjemahkan arti kemerdekaan secara holistik melalui berbagai program strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, yang pertama yakni pemberian Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Kita sering mendengarkan pernyataan Presiden Prabowo di berbagai macam kesempatan, yakni wujud kemerdekaan itu holistik, tidak bisa disebut kemerdekaan total kalau masih ada orang-orang kelaparan, utamanya anak-anak yang membutuhkan gizi sehat, juga para perempuan yang sedang hamil atau baru melahirkan," paparnya.
Program strategis kedua untuk memaknai kemerdekaan yakni Sekolah Rakyat sebagai wujud pemerataan pendidikan bagi seluruh masyarakat, utamanya bagi mereka yang miskin.
"Tidak mungkin kita bisa menikmati kebebasan tanpa ada pendidikan yang cukup, apalagi kalau terhambat oleh biaya. Presiden berupaya menerjemahkan dengan mengisi pendidikan pada anak-anak kita tanpa pandang bulu, sekarang sudah berlangsung Sekolah Rakyat," ucapnya.
Kemudian, program strategis ketiga yakni Sekolah Garuda, untuk memfasilitasi anak-anak muda yang memiliki intelektualitas tinggi namun masih terhambat biaya dalam mengakses pendidikan tingkat internasional.
Menag menegaskan, kemerdekaan harus dimaknai oleh seluruh pihak secara kolaboratif, mengingat Indonesia menjadi salah satu negara yang diakui dunia atas keberagaman dan pluralisme dalam beragama.
"Semua kelompok agama hadir di sini, menandakan kita bangsa yang utuh, solid, dan istimewa. Tidak ada negeri yang se-plural Indonesia, jumlah kepulauannya besar, etnis begitu ramai, dan penganut agamanya bervariasi. Warna kulit juga berbeda, maka sulit membayangkan ada negeri seperti Indonesia, bisa mempertahankan kemerdekaan dengan utuh," tuturnya.
sumber : Antara