Harga Minyak Mentah Bisa Tembus USD 130 per Barel Usai AS Serang Iran

1 month ago 4
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
 ShutterstockIlustrasi kilang minyak di tengah laut. Foto: Shutterstock

Harga minyak mentah diprediksi terus melonjak hingga USD 130 per barel di tengah eskalasi konflik di Timur Tengah, terutama usai Amerika Serikat (AS) mengikuti Israel menyerang fasilitas nuklir di Iran.

Dikutip dari Reuters, Minggu (22/6), serangan yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump di situs media sosial Truth Social tersebut memperdalam keterlibatan AS dalam konflik di Timur Tengah.

Kekhawatiran utama pasar akan berpusat pada kenaikan harga minyak mentah dan inflasi. Para investor telah mempertimbangkan sejumlah skenario pasar yang berbeda sejak akhir pekan ini.

Sebelum serangan AS pada Sabtu, analis di Oxford Economics memodelkan tiga skenario, termasuk deeskalasi konflik, penghentian total produksi minyak Iran, dan penutupan Selat Hormuz. Masing-masing dengan dampak yang semakin besar pada harga minyak global.

Dalam kasus yang paling parah, harga minyak dunia bisa melonjak hingga sekitar USD 130 per barel, yang mendorong inflasi AS mendekati 6 persen pada akhir tahun ini, kata Oxford dalam catatan tersebut.

"Meskipun guncangan harga pasti melemahkan belanja konsumen karena pukulan terhadap pendapatan riil, skala kenaikan inflasi dan kekhawatiran tentang potensi efek inflasi putaran kedua kemungkinan akan merusak peluang penurunan suku bunga di AS tahun ini," kata Oxford dalam catatan tersebut.

Adapun harga minyak mentah Brent sebagai acuan global tercatat naik sekitar 20 persen sepanjang Juni dan berpotensi mencetak lonjakan bulanan terbesar sejak 2020. Ini seiring meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran.

Lonjakan harga ini tetap menjadi sorotan, terutama setelah tiga tahun lalu invasi Rusia ke Ukraina memicu lonjakan harga energi yang berkontribusi pada inflasi global dan mendorong kenaikan suku bunga secara agresif.

Meskipun kenaikannya masih bertahap, selisih harga kontrak berjangka Brent untuk bulan depan dengan kontrak enam bulan ke depan sempat mencapai level tertinggi dalam 6 bulan. Ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap potensi gangguan pasokan dari kawasan Timur Tengah. Selisih ini tetap tinggi hingga Jumat lalu.

Dengan Brent diperdagangkan di kisaran USD 77 per barel, memang masih jauh di bawah puncaknya pada 2022 sebesar USD 139. Namun sudah mendekati titik yang dianggap menyakitkan bagi perekonomian.

“Kalau harga minyak menembus USD 80-100 dan bertahan di sana, itu bisa membahayakan ekonomi global. Saat ini kita masih sedikit di bawah ambang itu," ujar CIO ABN AMRO Solutions, Christophe Boucher.

 Google Earth3 Lokasi Fasilitas Nuklir Iran yang Diserang AS. Foto: Google Earth

Perhatian juga tertuju pada sektor pelayaran yang sering dianggap sebagai indikator utama energi. Sekitar 20 persen konsumsi minyak global melewati Selat Hormuz yang terletak antara Oman dan Iran. Jika jalur ini terganggu, harga minyak bisa menembus USD 100 per barel.

Pengalihan rute pelayaran juga bisa memperparah gangguan pasokan, apalagi jika peningkatan produksi dari OPEC+ tidak dapat menjangkau pasar internasional. Direktur Hedge Fund Svelland Capital, Nadia Martin Wiggen, mengatakan ia tengah memantau tarif pengiriman secara ketat.

“Sejauh ini, tarif pengiriman menunjukkan bahwa China yang memiliki kapasitas kilang cadangan terbesar di dunia itu belum melakukan panic buying karena kekhawatiran pasokan. Begitu China mulai membeli dalam jumlah besar, tarif pengiriman akan naik, dan harga energi global akan ikut terdongkrak,” jelasnya.

Inflasi Naik, Pertumbuhan Ekonomi Tertekan

Kenaikan harga minyak menimbulkan kekhawatiran karena bisa memicu inflasi jangka pendek, dan menekan pertumbuhan ekonomi akibat turunnya konsumsi.

Kepala Ekonom Lombard Odier, Samy Chaar, menyatakan harga minyak yang stabil di atas USD 100 bisa memangkas pertumbuhan ekonomi global sebesar 1 persen, dan menaikkan inflasi global sebesar 1 persen.

“Di Amerika Serikat, harga minyak USD 75 yang bertahan bisa meningkatkan proyeksi CPI kami sekitar setengah persen hingga akhir tahun, dari 3 persen menjadi 3,5 persen,” kata Kepala Ekonom RBC, Frances Donald.

Negara-negara seperti Turki, India, Pakistan, Maroko, dan sebagian besar Eropa Timur yang sangat tergantung pada impor minyak diperkirakan akan paling terdampak. Sebaliknya, negara-negara pengekspor seperti negara Teluk, Nigeria, Angola, Venezuela, serta sebagian Brasil, Kolombia, dan Meksiko akan mendapatkan tambahan pemasukan.

Read Entire Article