Gudang Berikat Dinilai Bisa Tekan Tingginya Biaya Logistik RI

Biaya logistik Indonesia masih jauh di atas rata-rata negara maju maupun tetangga Asia Tenggara. Kondisi ini membuat dunia usaha mencari solusi strategis agar daya saing industri nasional tidak terus tertekan.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) bersama Perkumpulan Pusat Logistik Berikat Indonesia (PPLBI) menyoroti peran Pusat Logistik Berikat (PLB) dalam membantu menurunkan biaya logistik nasional.

Saat ini, biaya logistik Indonesia dilaporkan sekitar 14,2 persen dari PDB. Namun jika memasukkan komponen biaya logistik ekspor (8,98 persen dari PDB), totalnya mencapai 23,08 persen.

Angka tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan benchmark negara maju di kisaran 8–10 persen, bahkan di atas banyak negara Asia Tenggara lain.

Tingginya biaya logistik disebut dipicu berbagai faktor struktural. Mulai dari ketergantungan berlebihan pada pelabuhan besar, lemahnya konektivitas antarwilayah, manajemen rantai pasok yang belum efisien, minimnya fasilitas penyimpanan modern, hingga kerumitan birokrasi ekspor-impor.

Kondisi ini bukan hanya menekan pelaku usaha, tetapi juga membebani harga barang dan mengurangi daya saing produk Indonesia. Ketua Umum APINDO Shinta W. Kamdani menekankan peran strategis PLB bagi industri nasional.

“PLB dan Kawasan Berikat hadir sebagai game changer, bukan sekadar gudang penyimpanan, melainkan instrumen strategis yang mampu menekan biaya logistik, mengoptimalkan cash flow, memperkuat compliance penuh, menghadirkan fleksibilitas dalam rantai pasok global, memberikan fasilitas kepabeanan dan perpajakan khusus serta mendorong aktivitas manufaktur berorientasi ekspor dalam meningkatkan daya saing industri nasional,” kata Shinta di kantornya, Kamis (28/8).

Hal senada disampaikan Ketua Umum PPLBI Utami Prasetiawati. Menurutnya, pengalaman nyata industri menunjukkan PLB mampu menekan risiko, meningkatkan kepastian, serta mendukung kepatuhan sekaligus menghemat biaya.

“Bagi operasi migas, waktu adalah segalanya. PLB memberi kepastian dan mengurangi risiko keterlambatan yang dapat berdampak hingga jutaan dolar,” ungkap Utami.

Manfaat serupa juga dirasakan sektor otomotif. Dengan menempatkan komponen impor di PLB, perusahaan bisa mengeluarkan komponen sesuai kebutuhan produksi just-in-time. Cara ini bukan hanya menekan biaya, tetapi juga memberikan kepastian lebih besar dalam mengelola rantai pasok.