
GUNCANGAN susulan terus menggoyang wilayah timur Afghanistan pada Selasa (2/9) waktu setempat setelah gempa besar yang melanda akhir pekan lalu. Total korban sudah mencapai lebih dari 1.400 orang.
Daerah Mazar Dara di Provinsi Kunar belum menerima tenda darurat karena akses jalan menuju wilayah pegunungan yang berbatasan dengan Pakistan masih tertutup. Kawasan ini menjadi titik terparah dari gempa berkekuatan magnitudo 6,0 yang terjadi Minggu malam.
"Tidak ada makanan, tidak ada apa-apa, semua tertimbun reruntuhan," ujar pejabat distrik Nurgal, Ijaz Ulhaq Yaad. Banyak warga, termasuk lansia dan anak-anak, terpaksa berada di ruang terbuka tanpa perlindungan dari cuaca basah.
Juru bicara utama pemerintah Taliban, Zabihullah Mujahid, menyampaikan jumlah korban meninggal di Provinsi Kunar yang menjadi wilayah paling terdampak gempa telah mencapai 1.411 orang dengan 3.124 lain luka-luka. Di Provinsi Nangarhar, belasan orang juga dilaporkan tewas dan ratusan lainnya cedera.
Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat sedikitnya enam kali gempa susulan, termasuk yang berkekuatan magnitudo 5,2 di sekitar episentrum.
USGS mencatat pusat gempa berada 27 kilometer dari Jalalabad dengan kedalaman hanya delapan kilometer. Guncangan dangkal seperti ini kerap menimbulkan kerusakan besar, terlebih sebagian besar rumah warga Afghanistan masih berupa bangunan dari batu bata lumpur yang rapuh.
"Guncangan susulan ini terus terjadi, tetapi sejauh ini belum menimbulkan korban," kata juru bicara manajemen bencana di Provinsi Kunar, Ehsanullah Ehsan.
Afghanistan, salah satu negara termiskin di dunia, kini menghadapi keterbatasan serius dalam merespons bencana. Sejak Taliban berkuasa pada 2021, aliran bantuan internasional semakin menyusut.
Koordinator kemanusiaan PBB untuk Afghanistan, Indrika Ratwatte, memperingatkan bencana gempa ini bisa berdampak kepada ratusan ribu warga. Lebih dari 5.400 rumah dilaporkan hancur di Kunar.
Komunitas internasional mulai memberikan dukungan. Uni Eropa mengirimkan 130 ton bantuan darurat serta dana 1 juta euro (Rp16 miliar) untuk para korban. Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) juga meluncurkan penggalangan dana darurat senilai 25 juta franc Swiss (Rp454 miliar).
Di tengah upaya distribusi makanan dan evakuasi korban menggunakan helikopter militer Taliban, warga setempat menguburkan jenazah dengan kain kafan putih, lalu mendoakan mereka sebelum dimakamkan. (AFP/I-2)