
KONFERENSI Gaza ditutup pada Jumat (29/8) di Masjid Hagia Sophia melahirkan Deklarasi Istanbul yang menegaskan dukungan mereka terhadap hak Palestina untuk melawan pendudukan Israel. Dalam konferensi itu terdapat para cendekiawa dari lebih dari 50 negara.
Deklarasi tersebut--yang dikeluarkan setelah delapan hari musyawarah oleh sekitar 200 cendekiawan dan pemimpin agama dari lebih dari 50 negara di seluruh dunia--menolak upaya-upaya untuk mendelegitimasi perjuangan bersenjata Palestina.
"Kami sepenuhnya menentang penggunaan senjata dalam perlawanan. Kami menolak segala upaya untuk menghentikan perlawanan yang merupakan hak sah rakyat Palestina," demikian pernyataan tersebut.
Para delegasi melakukan perjalanan melalui laut dari Pulau Demokrasi dan Kebebasan ke Masjid Agung Hagia Sophia untuk salat Jumat.
Kepala Kepresidenan Urusan Agama Turki (Diyanet), Ali Erbas; Presiden Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional (IUMS) Ali Muhyiddin al-Qaradaghi; dan Presiden Yayasan Cendekiawan Islam di Turki, Nasrullah Hacimuftuoglu menyampaikan pidato pembukaan dan deklarasi penutup.
Al-Qaradaghi membacakan deklarasi dalam bahasa Arab. Hacimuftuoglu membacanya dalam bahasa Turki.
Kewajiban kolektif
Deklarasi dibuka dengan ayat Al-Qur'an yang memberikan hak kepada kaum tertindas untuk membalas, membingkai penderitaan Gaza sebagai kewajiban kolektif. "Masalah Gaza bukan lagi sekadar masalah lokal, melainkan tanggung jawab agama dan kemanusiaan."
Penyelenggara mengatakan konferensi tersebut diselenggarakan sebagai respons atas pembantaian berkelanjutan di Gaza dan ketidakpedulian internasional.
Qaradaghi menggambarkannya sebagai kebangkitan Hilf al-Fudul, aliansi kuno untuk keadilan. "Langkah efektif telah diambil untuk menghentikan serangan dan membawa para penjahat ke pengadilan."
Deklarasi Istanbul menguraikan langkah-langkah untuk mobilisasi politik, kemanusiaan, dan hukum, yang meliputi:
1. Pembentukan komite untuk melibatkan para kepala negara dan memantau implementasi hasilnya.
2. Mengalokasikan minimal 2% dari keuntungan tahunan lembaga keuangan dan ekonomi milik Muslim untuk bantuan Gaza, melalui "mekanisme yang legal dan transparan."
3. Menuntut agar semua kerja sama politik dan komersial dengan Israel segera dihentikan, dengan menyatakan perusahaan yang mendukung Zionisme dan bekerja sama secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan Zionis tidak boleh membeli produk mereka.
4. Menyerukan negara-negara perbatasan untuk membuka penyeberangan ke Gaza dan mendesak partisipasi global dalam konvoi laut untuk mematahkan blokade.
Akuntabilitas Hukum
Deklarasi tersebut mendesak penuntutan kejahatan perang, baik secara internasional maupun domestik. Para pelaku genosida, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan harus segera dituntut.
Negara-negara Islam, serta semua negara yang berkehendak bebas, harus segera mengadili penjahat perang di negara mereka sendiri.
Deklarasi tersebut juga mendesak pemerintah Barat, khususnya AS, untuk menarik dukungan mereka terhadap Israel. Mereka menyerukan sikap manusiawi dan etis terhadap kejahatan perang yang dilakukan di Gaza.
Meskipun konferensi secara resmi berakhir pada Jumat, para cendekiawan bersikeras bahwa konferensi tersebut merupakan peluncuran, bukan kesimpulan.
"Hari ini, kami tidak menyatakan penutupan Konferensi Tanggung Jawab Islam dan Kemanusiaan: Gaza. Sebaliknya, kami mendeklarasikan dimulai kerja konferensi ini," demikian bunyi deklarasi tersebut.
Tanggung Jawab Islam dan Kemanusiaan: Gaza
Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional (IUMS) dan Yayasan Cendekiawan Islam di Turki bersama-sama menyelenggarakan konferensi bertajuk Tanggung Jawab Islam dan Kemanusiaan: Gaza. Konferensi ini mempertemukan lebih dari 150 cendekiawan dan perwakilan dari lebih dari 50 negara untuk membahas perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza serta respons dunia Muslim secara keseluruhan.
Acara dimulai pada 22 Agustus dengan salat di Masjid Sultan Eyup Istanbul dan dilanjutkan di Pulau Demokrasi dan Kebebasan dari Sabtu hingga Kamis, dengan serangkaian lokakarya tentang bantuan kemanusiaan, mobilisasi politik, dan pembangunan aliansi.
Pada hari terakhir, para delegasi berlayar ke Masjid Agung Hagia Sophia untuk sesi penutupan. Di sini Deklarasi Istanbul diumumkan sebagai komunike terakhir konferensi. (AA/I-2)