TEMPO.CO, Jakarta - Forum Purnawirawan TNI membantah tuduhan mantan Presiden Joko Widodo yang menyebut isu pemakzulan Gibran Rakabuming Raka adalah agenda politik besar yang ingin menyerang keluarganya.
Inisiator Forum Purnawirawan Prajurit TNI Dwi Tjahyo Soewarsono mengatakan purnawirawan tidak ada agenda politik apa pun soal tuntutan pemakzulan, selain menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami tidak punya agenda apa-apa. Saya pastikan kami tidak punya agenda apa-apa. Kami hanya berpikir bagaimana menyelamatkan bangsa dan negara ini. Tidak ada tujuan lain kecuali kami ingin menyelamatkan negara ini,” kata Tjahjo saat dihubungi Tempo, Sabtu, 2 Agustus 2025.
Tjahjo mengatakan tuntutan pemakzulan Gibran adalah untuk menyelamatkan negara agar tidak dipimpin anak muda yang tidak memiliki visi dan misi, maupun sifat negarawan.
Ia menegaskan Forum Purnawirawan Prajurit TNI diisi oleh pensiunan jenderal yang memiliki rekam jejak baik, bukan abal-abal. Bahkan, ia mempersilakan publik menelusuri rekam jejak mereka.
Hakim Agung ad hoc periode 2007-2022 ini mengatakan, kubu Jokowi selalu menuduh tuntutan pemakzulan sebagai agenda politik yang ingin menjatuhkannya dan mengarah pada pemilihan umum 2029. Ia pun menantang Jokowi menunjukkan siapa dalang di balik agenda besar tersebut.
“Jadi itu dikapitalisasi oleh kelompoknya Jokowi dan Jokowi sendiri yang seolah-olah ini ada agenda besar politik akan mengarah kepada nanti 2029. Selalu itu yang dikapitalisasi oleh mereka,” ujarnya.
Bulan lalu, Jokowi meyakini ada agenda besar politik di balik isu-isu berkaitan dengan ijazah palsu yang ditudingkan kepadanya. Begitu juga isu pemakzulan Gibran Rakabuming Raka dari kursi Wakil Presiden.
“Saya berperasaan memang kelihatannya ada agenda besar politik di balik isu-isu ijazah palsu, isu-isu pemakzulan (Wapres Gibran) ini," ujar Jokowi saat ditemui wartawan di kediamannya di Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo pada Senin, 14 Juli 2025.
Setelah Jokowi lengser muncul sejumlah isu yang menyerangnya, mulai dari ijazah miliknya yang dituding palsu hingga pemakzulan Gibran yang merupakan putra sulung Jokowi. Sehingga Jokowi menilai, berdasarkan perasaan politiknya, ada agenda besar politik yang bertujuan menurunkan reputasi politik dirinya. Namun, dia menyikapi hal itu biasa saja. "Tapi bagi saya ini biasa-biasa saja,” ucap Jokowi.