Ladies, kamu pernah merasa hidupmu seolah berjalan sesuai impian, tapi hatimu terasa kosong? Di tengah karier yang oke, penampilan yang selalu on point, dan hidup yang tampak sempurna di mata orang lain, kamu diam-diam lelah? Kalau iya, kamu mungkin akan sangat relate dengan kisah Milla di film A Normal Woman.
Film orisinal dari Netflix Indonesia ini mengikuti sosok Milla, seorang sosialita dengan hidup serba mewah. Tapi di balik glamornya, Milla mulai merasa ada yang tak beres dengan tubuh dan pikirannya. Ia merasa sakit secara mental dan fisik, tapi dokter pun tak bisa menjelaskan alasannya. Semakin lama, kondisi ini membawa Milla ke titik di mana ia harus bertanya, “siapa dirinya sebenarnya?”
Di sinilah film ini menyentuh isu yang sering kita alami tapi jarang dibicarakan, bagaimana perempuan sering merasa wajib menjalani banyak peran sekaligus. Menjadi anak yang patuh, menantu yang sempurna, istri yang kuat, perempuan karier yang berprestasi. Tanpa ruang untuk benar-benar menjadi diri sendiri.
Lewat karakter Milla dan lingkungannya, film ini juga menggambarkan ketika tekanan sosial, luka keluarga, sampai relasi yang toksik bisa membuat kita kehilangan arah. Ada ibu yang menempatkan anaknya sebagai proyek hidup, ada mertua yang mengontrol rumah tangga orang lain, dan ada pasangan yang tak benar-benar hadir. Semua terasa familiar, ya?
Tapi bukan berarti semua ini tanpa harapan. Justru lewat “keretakan” itu, Milla mulai menyadari bahwa selama ini ia lupa merawat dirinya sendiri. Self-care di sini bukan sekadar skincare atau liburan singkat, tapi keberanian untuk jujur pada diri sendiri, mengakui luka, dan memutus pola hidup yang menyakitkan, meskipun terlihat “normal” di mata orang.
“Jangan lihat kanan-kiri, banyak berdiam diri seperti merenung, menulis, itu sih caranya. Karena di era media sosial ini, orang jadi terlalu banyak membandingkan kanan kiri. Itu lah yang sebenarnya membuat kita sulit mencari diri kita yang otentik,” ujar Marissa Anita saat ditemui dalam acara Konferensi Pers Film A Normal Woman di Plaza Senayan, Rabu (23/7).
Film A Normal Woman jadi pengingat bahwa healing bukan tren kekinian, tapi kebutuhan. Kita butuh mengambil kembali bagian-bagian dari diri yang sempat hilang karena sibuk memenuhi ekspektasi orang lain. Dan proses ini nggak selalu cantik atau tenang, kadang penuh air mata dan keputusan sulit. Tapi dari situlah kekuatan perempuan tumbuh.
Jadi, sebelum kamu berusaha tampil baik di mata semua orang, yuk tanya ke diri sendiri “Bagaimana perasaanku hari ini?” Sebab sebagai perempuan, kita tak perlu untuk selalu terlihat baik-baik saja.