
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berniat mengedukasi tentang pentingnya punya mempunyai rumah. Nantinya hal ini dapat dimulai dengan gerakan menabung untuk anak sekolah.
Dedi ingin Bank Jawa Barat dengan Dinas Pendidikan Jawa Barat bisa bekerja sama untuk mengedukasi anak sekolah agar peduli tentang rencana kepemilikan rumah, untuk keluarga yang belum punya rumah.
“Caranya adalah anaknya diedukasi oleh gurunya tidak boleh jajan sebelum kamu punya rumah, kalau dia uang jajannya Rp 30 ribu dipotong Rp 20 ribu, yang Rp 20 ribu dia simpan untuk cicilan rumah,” kata Dedi saat acara serah terima pembiayaan mikro melawan rentenir di Lembur Pakuan, Subang, Jawa Barat Rabu (23/7).
“Ibunya bisa ngirit jajan di rumah, bisa ngirit dengan hal lain, saya yakin dengan pola-pola didukung masyarakat dibuat prihatin, akan mampu,” tambahnya.
Terkait teknisnya, Dedi akan mengusulkan agar Dinas Pendidikan bisa memiliki data tentang keluarga siswa yang sudah memiliki dan belum memiliki rumah.
“Ini nanti saya akan tanya Dinas Pendidikan di data siswanya, ibunya punya rumah enggak? nanti solusinya apa?” ujar Dedi.
Dedi menilai saat ini masih banyak orang yang menganggap membeli rumah sebagai hal yang berat. Padahal, kata Dedi, dalam kebudayaan Sunda itu orang yang membeli rumah atau mencicil akan terus mendapat rezeki.
“Ada rezeki yang akan senantiasa mengalir dan tidak akan pernah putus yaitu ada dua hal. Satu, membangun rumah atau mencicil rumah, yang kedua menyekolahkan anak,” ungkap Dedi.
Terkait cicilan rumah bagi keluarga yang sudah memiliki anak, Dedi mengungkapkan saat ini anak sekolah di Jawa Barat sudah dibebaskan dari biaya LKS, study tour, sampai biaya perpisahan.
Dedi juga menyoroti terkait ada satu keluarga dengan beberapa orang anak yang hanya memiliki satu rumah. Menurutnya, keluarga tersebut bisa membangun hunian vertikal dengan pembagian masing-masing lantai untuk anak yang sudah berkeluarga.
“Di satu rumah peninggalan kakeknya saya tiap hari itu bertemu dengan mereka, itu satu ngambil kamar, yang satu ngambil dapur yang satu ngambil tengah rumah, yang satu ngemper karena enggak ada lagi (ruang dan lahan),” tutur Dedi.
“Nah di tipe rumah seperti ini menurut saya kredit diberikan dengan rumah bertingkat. Nanti tidak lagi rebutan, lantai pertama anak pertama, lantai kedua anak kedua, lantai ketiga anak ketiga, lantai keempat adalah anak keempat, ini juga bisa jadi role model,” tambahnya.