Heidi Scheunemann, pelatih sepak bola wanita di Papua, memiliki pandangan menarik soal karakter pemain dari “Bumi Cenderawasih”. Menurutnya, fisik anak-anak Papua mirip seperti orang Brasil.
“Secara dasar, anak-anak Papua punya keunggulan karena tubuh yang atletis. Mereka seperti orang Brasil. Nah, kan kita tahu orang Brasil bisa main bola dengan bagus. Mereka dari kecil sudah olahraga di luar. Mereka main bola, voli, dayung. Apa saja yang mereka bisa,” kata Heidi kepada kumparanBOLANITA di Solo, Kamis (21/8).
“Makanya, mudah bagi mereka untuk beradaptasi. Nah, banyak tim dari Papua hanya bertemu sebentar, kumpul sebentar latihan satu minggu, berangkat ke Jawa, menang pertandingan di situ,” sambungnya.
Menurut Heidi, jika pemain Papua mendapat pembinaan berkelanjutan sejak usia dini, potensinya bisa berkembang jauh lebih pesat. Ia juga menilai, membentuk karakter sejak kecil akan lebih efektif dibanding baru memulainya saat usia remaja.
“Bayangkan saja kalau anak-anak dilatih dalam SSB secara kontinu, apalagi mereka bisa berkembang baik dan mereka bisa menang lebih jelas lagi. Nah, untuk itu saya harap awal ke depan lebih banyak diperhatikan anak-anak di Papua juga. Ya, anak-anak dari umur yang masih muda, U10, U12, U14 sangat penting,” ucap pelatih berlisensi UEFA B+ itu.
“Kalau baru mulai main bola, kalau sudah 16 tahun, susah untuk kembangkan karakter. Karena nanti karakter sudah terlalu keras mungkin ya, atau susah diubah. Karena sebagai pemain bola, yang penting bukan satu pemain, yang penting tim,” tambahnya.
Selain fisik, Heidi juga menyoroti mentalitas pemain Papua. Menurutnya, anak-anak Papua cenderung bermain santai saat latihan, tetapi berubah total ketika pertandingan dimulai. Mereka juga bisa tampil penuh semangat dan berani menghadapi lawan di lapangan.
“Banyak anak di Papua suka main-main. Jadi latihannya begitu-begitu saja. Nanti pada saat pertandingan baru mereka main full on fire begitu. Tapi harus memang dilatih supaya dari awal sampai akhir latihan juga ikut fokus,” tutur Heidi.
Ia juga menambahkan, para pemain Papua punya keberanian luar biasa saat bertanding. Heidi memberi contoh Kesya Arabela, pemain MilkLife Soccer Challenge dan HYDROPLUS Piala Pertiwi All-Stars yang namanya masuk dalam daftar skuad Garuda Muda Pertiwi di Piala AFF Wanita U-16.
“Kebanyakan pemain Papua juga berani kalau di lapangan. Kalau mereka di luar lapangan mungkin malu, atau kalau cedera, mungkin tidak kasih tahu kalau mereka cedera. Nah, itu bisa jadi masalah. Tapi kalau mereka sudah main di lapangan, mereka mau menang. Mereka mau bertanding. Mereka mau isi gol. Mereka mau berikan yang terbaik kalau ada pertandingan,” ungkap Heidi.
Kesya merupakan anak didik Heidi di SSB Mutiara Timur, Papua. Ia mengatakan bahwa saat berlatih, Kesya cenderung sama seperti pemain lainnya. Namun ketika pertandingan dimulai, mentalnya benar-benar berbeda.
“Misalnya Kesya, Kesya tidak pernah takut pada saat pertandingan. Dia tidak peduli ada penonton seribu, dua ribu atau dua puluh saja. Dia akan berikan yang terbaik. Dia mau dapat bola, dia mau isi gol. Dan dia marah kalau dia tidak dapat passing dari teman untuk bisa isi gol. Jadi full on fire pada saat pertandingan,” pungkas Heidi.