
Pemerintah China mengecam keras serangan udara Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir Iran yang berada di bawah pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Kementerian Luar Negeri China menyebut serangan itu sebagai pelanggaran serius terhadap Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
“Langkah ini hanya akan memperburuk ketegangan di kawasan Timur Tengah,” tulis pernyataan resmi kementerian yang diunggah di situs web mereka, lapor Reuters, Minggu (22/6).
Beijing mendesak semua pihak untuk menahan diri, dan meminta Israel menghentikan serangan militer.
Pemerintah China juga mendorong dimulainya dialog dan negosiasi sebagai jalan penyelesaian konflik.

Sementara itu, Rusia menyuarakan kritik tajam terhadap serangan AS.
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, menuduh Presiden AS Donald Trump memulai perang baru.
“Trump, yang sebelumnya datang sebagai presiden pembawa damai, justru menyeret Amerika ke dalam konflik militer lain,” ujar Medvedev melalui akun Telegram-nya.
Menurutnya, mayoritas negara di dunia menentang tindakan militer yang dilakukan oleh AS dan Israel.
Langkah tersebut, lanjut Medvedev, hanya akan memperbesar kemungkinan konfrontasi darat yang berkepanjangan.
“Dengan keberhasilan seperti ini, Trump tidak akan memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian,” tuturnya.
Dari Asia Selatan, Perdana Menteri India Narendra Modi juga menyampaikan kekhawatiran.
Ia mengaku telah berbicara dengan Presiden Iran Masoud Pezeshkian dan menyampaikan keprihatinan mendalam atas situasi yang terus memburuk.
“India kembali menyerukan de-eskalasi segera, dialog, dan diplomasi sebagai satu-satunya jalan untuk memulihkan perdamaian dan stabilitas kawasan,” tulis Modi melalui media sosial.